Petugas mencari korban banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur. (BNPB)
Petugas mencari korban banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur. (BNPB)

Pakar Kebencanaan UGM: Banjir Bandang Kota Batu karena Alih Fungsi Lahan

Antara • 05 November 2021 22:59
Yogyakarta: Pakar Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Suratman mengatakan banjir bandang yang melanda Kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 4 November disinyalir adanya gangguan ekosistem di wilayah tersebut. Wilayah hulu marak terjadi alih fungsi lahan.
 
"Banjir ini sebagai peringatan ekosistem yang terganggu oleh manusia," kata Suratman melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat, 5 November 2021.
 
Suratman menuturkan gangguan ekosistem akibat alih fungsi lahan oleh manusia menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir bandang di Batu. Banjir, kata dia, terjadi karena ada desakan penggunaan lahan untuk pertanian maupun permukiman.

Pengaruh tekanan penduduk dalam penggunaan lahan, menurut dia, tidak lagi sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kemampuan lahan.
 
"Perlu dilihat kalau sebagai daerah resapan air, kawasan lindung semestinya banyak pohon-pohonnya. Jadi harus mengendalikan keterbukaan lahan dan ada konservasi," kata Guru Besar Fakultas Geografi UGM ini.
 
Baca: Korban Banjir Bandang Kota Batu Enggan Menempati Posko Pengungsian
 
Sementara itu dari sisi sistem tanah, dikatakan Suratman, kawasan Kota Batu memiliki lanskap yang juga rentan terjadi banjir. Banyak wilayahnya berupa lereng-lereng dan perbukitan. Selain itu banyak kawasan dengan kemiringan di atas 40 derajat dengan ketebalan tanah yang cukup tebal. Beberapa kondisi tersebut, ujar dia, menjadi pemicu banjir.
 
Lebih lanjut, Suratman mengungkapkan kondisi Kota Malang dengan suhu yang dingin dan lembab menjadikan pelapukan massa batuan tanah aktif. Sehingga saat hujan deras mengakibatkan banjir yang membawa material-material seperti lumpur dan sampah.
 
"Dari material vulkanik suburnya luar biasa. Secara ekonomi ini menggiurkan, tetapi secara risiko bencana mengkhawatirkan," kata dia.
 
Suratman menambahkan dengan  isu perubahan iklim, Indonesia patut waspada. Menurut dia, persoalan hujan ekstrem dan pengaruh daerah pegunungan dengan elevasi tinggi serta memiliki curah hujan lebih dari 3.000 milimeter per tahun patut menjadi perhatian bersama.
 
Indonesia dengan banyak gunung vulkanik dan tingginya proses alih fungsi lahan, katanya, perlu menjadi hal yang harus diwaspadai.
 
"Ini jadi peringatan terutama di Pulau Jawa, harus waspada karena banyak wilayahnya yang memiliki kondisi serupa dengan Batu sehingga rentan banjir," kata Suratman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan