Sumenep: Terlahir tanpa lubang anus, seorang balita di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, harus menjalani hidup dengan kesakitan. Ia dua kali gagal berobat karena tidak punya biaya.
Balita penderita Atresia Ani atau tanpa lubang anus tersebut adalah Asyifa, warga asal Desa Kangayan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Balita berusia 2,7 tahun ini mengalami kembung dan sakit di bagian perut selama berjam-jam setiap mau buang air besar (BAB).
Kondisi ini terjadi karena saluran pembuangan yang kecil menyatu dengan pembuangan air kencing. Asyifa mengalami kondisi ini sejak lahir.
Sementara itu, orang tua Asyifa tidak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki biaya. Rumah Asyifa berada di kepulauan yang jarak tempuhnya 12 jam perjalanan laut dari pusat kota Sumenep.
“Keluarga sebenarnya sempat dua kali mengusahakan untuk berobat, namun gagal karena dimintai dana Rp50 juta untuk berobat ke daerah Bali. Kami tidak punya uang sebesar itu, " kata tante Asyifa, Maisyaroh, Kamis, 25 Agustus 2022.
Kondisi orang tuanya yang miskin, memaksa sang ayah mencari biaya pengobatan hingga harus bekerja ke Malaysia. Sementara ibunya, menemani dan merawat Asyifa yang terus menangis kesakitan saat ingin BAB.
"Saat ini, Asyifa dan ibunya sudah satu bulan di Kota Sumenep untuk mencari bantuan keringanan pengobatan dari Pemerintah Sumenep, " ucapnya.
Sumenep: Terlahir tanpa lubang anus, seorang
balita di Kabupaten Sumenep,
Jawa Timur, harus menjalani hidup dengan kesakitan. Ia dua kali gagal berobat karena tidak punya biaya.
Balita penderita Atresia Ani atau tanpa lubang anus tersebut adalah Asyifa, warga asal Desa Kangayan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Balita berusia 2,7 tahun ini mengalami kembung dan sakit di bagian perut selama berjam-jam setiap mau buang air besar (BAB).
Kondisi ini terjadi karena saluran pembuangan yang kecil menyatu dengan pembuangan air kencing. Asyifa mengalami kondisi ini sejak lahir.
Sementara itu, orang tua Asyifa tidak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki biaya. Rumah Asyifa berada di kepulauan yang jarak tempuhnya 12 jam perjalanan laut dari pusat kota Sumenep.
“Keluarga sebenarnya sempat dua kali mengusahakan untuk berobat, namun gagal karena dimintai dana Rp50 juta untuk berobat ke daerah Bali. Kami tidak punya uang sebesar itu, " kata tante Asyifa, Maisyaroh, Kamis, 25 Agustus 2022.
Kondisi orang tuanya yang
miskin, memaksa sang ayah mencari biaya pengobatan hingga harus bekerja ke Malaysia. Sementara ibunya, menemani dan merawat Asyifa yang terus menangis kesakitan saat ingin BAB.
"Saat ini, Asyifa dan ibunya sudah satu bulan di Kota Sumenep untuk mencari bantuan keringanan pengobatan dari Pemerintah Sumenep, " ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)