Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan data historis mencatat sebanyak 10 kali gempa bumi merusak terjadi di wilayah Maluku.
Dilansir dari pernyataan resmi BMKG yang diterima di Jakarta, Selasa, 10 Januari 2023, menyebutkan wilayah Maluku pernah mengalami gempa merusak pada tahun 1983 dengan magnitudo 8,1.
Kemudian tahun 1987 (M6,8), 1992 (M7), 1995 (M7), 1998 terjadi dua kali gempa M6,5 dan M7. Kemudian pada 2005 berkekuatan M7,1 dan pada 2009 (M7,2), 2019 (M7,7), serta paa 2021 (M5,6).
Pada 2023, wilayah Maluku kembali mengalami gempa yang masuk dalam kategori merusak dengan magnitudo 7,9 di pantai utara Maluku Barat Daya pada pukul 00.47 WIB, Selasa.
Dini hari tadi, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah Maluku dan Sulawesi Tenggara seiring dengan adanya gempa magnitudo 7,9 pada Selasa pukul 00.47 WIB.
Kemudian, pada pukul 3.43 WIB, BMKG menyatakan peringatan dini tsunami tersebut dinyatakan telah berakhir.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan pengakhiran peringatan dini tersebut didasarkan pada standar perhitungan waktu kedatangan tsunami hingga dua jam setelah peristiwa gempa.
Selain itu, melalui pemantauan kenaikan titik muka air laut di empat titik dipastikan tidak terjadi kenaikan secara signifikan.
"Berdasarkan observasi dengan metode tide gauge di empat lokasi sekitar gempa, yaitu Seira, Adaut, Lirang dan Larat tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan," katanya.
Mengingat peringatan dini tsunami telah berakhir, ia mengimbau agar masyarakat di wilayah pesisir untuk dapat beraktivitas kembali seperti biasa.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," jelas Dwikorita.
Selain itu, BMKG meminta masyarakat untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan data historis mencatat sebanyak
10 kali gempa bumi merusak terjadi di wilayah Maluku.
Dilansir dari pernyataan resmi BMKG yang diterima di Jakarta, Selasa, 10 Januari 2023, menyebutkan wilayah Maluku pernah mengalami gempa merusak pada tahun 1983 dengan magnitudo 8,1.
Kemudian tahun 1987 (M6,8), 1992 (M7), 1995 (M7), 1998 terjadi dua kali gempa M6,5 dan M7. Kemudian pada 2005 berkekuatan M7,1 dan pada 2009 (M7,2), 2019 (M7,7), serta paa 2021 (M5,6).
Pada 2023, wilayah Maluku kembali mengalami gempa yang masuk dalam kategori merusak dengan magnitudo 7,9 di pantai utara
Maluku Barat Daya pada pukul 00.47 WIB, Selasa.
Dini hari tadi, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah Maluku dan Sulawesi Tenggara seiring dengan adanya gempa magnitudo 7,9 pada Selasa pukul 00.47 WIB.
Kemudian, pada pukul 3.43 WIB, BMKG menyatakan peringatan dini tsunami tersebut dinyatakan telah berakhir.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan pengakhiran peringatan dini tersebut didasarkan pada standar perhitungan waktu kedatangan tsunami hingga dua jam setelah peristiwa gempa.
Selain itu, melalui pemantauan kenaikan titik muka air laut di empat titik dipastikan tidak terjadi kenaikan secara signifikan.
"Berdasarkan observasi dengan metode tide gauge di empat lokasi sekitar gempa, yaitu
Seira, Adaut, Lirang dan Larat tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan," katanya.
Mengingat peringatan dini tsunami telah berakhir, ia mengimbau agar masyarakat di wilayah pesisir untuk dapat beraktivitas kembali seperti biasa.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," jelas Dwikorita.
Selain itu, BMKG meminta masyarakat untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)