Sumsel: Titik panas atau hotspot di Provinso Sumatra Selatan (Sumsel) meningkat menjelang peralihan musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi ini akan terjadi hingga April mendatang.
BMKG Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan memprakirakan kondisi musim kemarau akan terjadi pada bulan Mei mendatang. Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kondisi peralihan musim dari hujan ke kemarau akan memicu peningkatan titik panas.
"Menurunnya curah hujan ini dapat memicu kemunculan hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan data yang ada, hotspot sudah mulai terjadi meski musim kemarau belum benar terjadi. Karenanya kami mengimbau agar masyarakat, pemerintah daerah hingga semua stakeholder waspada dengan hal ini," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel Wandayantolis, Rabu, 30 Maret 2022.
Ia mengatakan musim kemarau tahun 2022 diperkirakan akan berjalan selama empat bulan. Dimulai pada Mei dan mencapai puncak pada September 2022.
Baca: 62 Titik Panas Terdeteksi di Sumut
"Berdasarkan prakiraan dasarian pada awal April 2022 potensi curah hujan berkisar 20-100 mm. Ini menunjukkan pola tren menurun sebagaimana biasanya saat memasuki musim kemarau," ujar dia.
Penurunan curah hujan akan berdampak pada perubahan suhu udara di wilayah Sumsel yang cenderung lebih panas. Ia menerangkan ada pengaruh neraca keseimbangan panas antara gerak semu harian matahari yang melewati wilayah Sumsel dengan berkurangnya uap air di atmosfer yang dapat mengabsorbsi panas dari sinar matahari.
"Kondisinya juga akan memicu penurunan tingkat kualitas udara. Meski akan memasuki musim kemarau, kejadian hujan deras disertai petir dan angin kencang masih mungkin terjadi dalam masa pancaroba," ujar dia.
Sumsel:
Titik panas atau
hotspot di Provinso Sumatra Selatan (Sumsel) meningkat menjelang peralihan
musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) memperkirakan kondisi ini akan terjadi hingga April mendatang.
BMKG Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan memprakirakan kondisi musim kemarau akan terjadi pada bulan Mei mendatang. Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kondisi peralihan musim dari hujan ke kemarau akan memicu peningkatan titik panas.
"Menurunnya curah hujan ini dapat memicu kemunculan
hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan data yang ada,
hotspot sudah mulai terjadi meski musim kemarau belum benar terjadi. Karenanya kami mengimbau agar masyarakat, pemerintah daerah hingga semua stakeholder waspada dengan hal ini," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel Wandayantolis, Rabu, 30 Maret 2022.
Ia mengatakan musim kemarau tahun 2022 diperkirakan akan berjalan selama empat bulan. Dimulai pada Mei dan mencapai puncak pada September 2022.
Baca:
62 Titik Panas Terdeteksi di Sumut
"Berdasarkan prakiraan dasarian pada awal April 2022 potensi curah hujan berkisar 20-100 mm. Ini menunjukkan pola tren menurun sebagaimana biasanya saat memasuki musim kemarau," ujar dia.
Penurunan curah hujan akan berdampak pada perubahan suhu udara di wilayah Sumsel yang cenderung lebih panas. Ia menerangkan ada pengaruh neraca keseimbangan panas antara gerak semu harian matahari yang melewati wilayah Sumsel dengan berkurangnya uap air di atmosfer yang dapat mengabsorbsi panas dari sinar matahari.
"Kondisinya juga akan memicu penurunan tingkat kualitas udara. Meski akan memasuki musim kemarau, kejadian hujan deras disertai petir dan angin kencang masih mungkin terjadi dalam masa pancaroba," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)