Warga melintasi jembatan bambu (sesek) di atas Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan Desa Mojolaban, Sukoharjo dengan Kampung Sewu di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2019). ANTARA FOTO/Maulana Surya
Warga melintasi jembatan bambu (sesek) di atas Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan Desa Mojolaban, Sukoharjo dengan Kampung Sewu di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2019). ANTARA FOTO/Maulana Surya

Pemprov Jateng Selidiki Dugaan Pencemaran Sungai Bengawan Solo

Mustholih • 07 November 2019 19:31
Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali menerjunkan tim untuk menyelidiki pencemaran Sungai Bengawan Solo. Mereka diberi tugas mengambil sampel dan pengamatan visual kualitas air sungai terpanjang di Tanah Jawa tersebut.
 
"Teman-teman lagi melakukan penelusuran lagi ke lapangan. Update terbaru mestinya baru didapat besok," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, Pengendalian Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Jawa Tengah, Sri Astuti, kepada Medcom.id, Kamis, 7 November 2019.
 
Sri menjelaskan ini merupakan kali kedua Dinas Lingkungan Hidup menerjunkan tim setelah heboh berita pencemaran Sungai Bengawan Solo. Menurut Sri hasil sampel dan pengamatan visual yang didapat tim penyelidik itu diharapkan bisa menemukan pihak-pihak yang menjadi penyumbang limbah terbesar pencemaran Sungai Bengawan Solo.

"Nanti akan kita analisa kembali potensi paling besar pencemaran itu apa? Sekarang teman-teman ke lapangan untuk mencari peluang siapa yang menjadi konrributor pencemaran lingkungan yang terbesar," jelas Sri.
 
Sri berujar DLH Jateng sebenarnya sudah pernah menerjunkan tim ke Sungai Bengawan Solo. Hasil investasi mereka atas pencemaran di sana sudah keluar per September 2019.
 
Dalam investigasi itu, Sri menyatakan DLH Jateng menemukan beberapa anak sungai seperti Sungai Samin dan Sungai Tegal Mande memang sedikit keruh dan menebarkan aroma. "Tapi kalau sudah sampai di Bengawan Solo sudah tidak bau. Kalau di Sungai Samin dan Tegal Mande memang sedikit bau dan warnanya cokelat," ungkap Sri.
 
Sri berujar ke dua anak sungai itu juga memiliki kadar oksigen ekstrem di bawah baku mutu. Kadar oksigen terlarut dalam air digunakan DLH Jateng sebagai salah satu indikator tingkat pencemaran dalam sungai.
 
Namun, kata Sri, setelah aliran air dari anak sungai itu masuk ke Sungai Bengawan Solo, tingkat pencemaran berkurang. "Setelah masuk hasilnya sudah membaik, sekitar 5,86," pungkas Sri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan