Subardianto, relawan Komunitas Berbagi Beras (KBB) menyiapkan beras yang akan dibagikan kepada warga kurang mampu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, Minggu, 26 Januari 2020. Medcom.id/ Ahmad Mustaqim
Subardianto, relawan Komunitas Berbagi Beras (KBB) menyiapkan beras yang akan dibagikan kepada warga kurang mampu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, Minggu, 26 Januari 2020. Medcom.id/ Ahmad Mustaqim

Tanpa Bayaran Demi Kemanusiaan

Ahmad Mustaqim • 26 Januari 2020 16:37
Bantul: Subardianto akan disibukan berbagai aktivitas rumahnya ketika hari Jumat. Lelaki berusia 69 tahun ini harus membantu menyiapkan pengemasan beras dan sejumlah sembako yang jadi aktivitas Komunitas Berbagi Beras (KBB).
 
Kelompok ini menggunakan sebuah ruangan berukuran 8 meter X 10 meter di rumah Subardianto yang beralamat di Dusun Bibis, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.
 
"Sejak awal komunitas berdiri saya berikan ruangan di rumah ini untuk kegiatan (KBB). Setiap minggu kedua akhir pekan pasti aktivitas sibuk," kata lelaki yang biasa disapa Bardi di kediamannya, Minggu, 26 Januari 2020.

KBB mulai ada sejak dua tahun silam. Sebagai warga, Bardi tak ragu untuk langsung terlibat dalam kegiatan KBB. Ia rela menyempatkan waktu di sela kesibukannya sebagai petani dan wiraswasta.
 
Sebagai petani, Bardi menggarap lahan seluas 2 ribu meter persegi. Lahan itu ia sewa dan sebagian merupakan lahan warisan. "Kalau pagi ke sawah, siang bantu-bantu di sini. Bagi-bagi berasnya kan setiap bulan pada minggu kedua," jelas Bardi.
 
Bardi mengaku terpanggil hatinya untuk ikut KBB. Bahkan ada sembilan anggota keluarganya yang juga terlibat. Mulai dari dua anak, dua cucu, dirinya dan istri, paman, dan menantu. Ia tak mengambil keuntungan sepeserpun dari seluruh kegiatan KBB.
 
"Saya gak ambil untuk sedikitpun. Silakan ruangan di rumah saya dipakai. Ya yang penting bisa bermanfaat," ungkap Bardi.
 
Sementara Koordinator KBB, Zaenuri, mengatakan komunitasnya ada berasal dari embrio kelompok alumni SMA Negeri Sanden, Bantul. Awalnya hanya ada 120 penerima bantuan beras. Dalam kurun waktu dua tahun, jumlah penerima mencapai 891 sasaran.
 
"Semula kami hanya mendistribusikan beras. Seiring waktu berjalan, ada bantuan kursi roda, alat bantu kesehatan, kebencanaan, hingga bedah rumah," kata Zaenuri.
 
Selain itu ada lebih dari 500 donatur tetap yang setiap bulannya memberikan bantuan. Donatur ada yang memberikan beras, sembako, hingga beragam jenis bantuan lainnya. 
 
Minggu, 26 Januari 2020, KBB mendistribusikan 4,44 ton beras, serta 33 kursi roda, serta sejumlah paket sembako. Seluruh bantuan itu didistribusikan sekitar 200 relawan yang ada di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Penerima dipilih sosok atau orang yang memang dalam situasi sangat miskin.
 
"Penerima bantuan kami seleksi ketat. Kami pilih dari duafa miskin mutlak, simbah sebatas kara. Kalau ada penambahan sasaran, kita lakukan penambahan Selama dua tahun berjalan, ada kenaikan sasaran terus," ungkap Zaenuri.
 
Zaenuri mengaku tak ada kendala berarti yang ditemukan komunitasnya. Hanya saja, terkadang cuaca di lapangan sedikit membuat waktu pendistribusian lebih lama. Rentang waktu pendistribusian bantuan itu ditarget maksimal sepekan. 
 
"Kalau di Bantul, sehari itu bisa selesai. Kalau di Gunungkidul, dibantu relawan di sana. Kadang yang lama, sasaran bantuan satu dusun hanya ada satu. Lalu, harus berpindah ke titik lain," ucapnya.
 
Ia menambahkan, seluruh anggota komunitas berupaya mengutamakan ketepatan sasaran dan ketepatan waktu dalam distribusi bantuan. Seluruh relawan memberikan bantuan tenaga secara sukarela. 
 
"Tak ada bantuan ongkos bensin atau biaya transpor untuk anggota komunitas dan relawan. Semua secara sukarela. Motto kami, kebersamaan dengan kebermanfaatan," pungkas Zaenuri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan