medcom.id, Makassar: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat deflasi 0,18 persen pada Maret 2017. Data ini jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya, saat tercatat inflasi 0,75 persen.
Di saat bersamaan, laju inflasi tahun berjalan, Januari-Maret 2017 di Sulsel sebesar 1,69 persen. Adapun perbandingan laju inflasi year on year dibandingkan Maret 2016, sebesar 3,42 persen.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengungkapkan, deflasi Sulsel disebabkan penurunan harga pada dua kelompok pengeluaran, yakni kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
"Deflasi di bahan makanan sebesar minus 1,49 persen sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus 0,28 persen," kata Nursam Salam pada konferensi pers di Kantor BPS Sulsel, Makassar, Senin 3 April 2017.
Selain dua kelompok di atas, lima kelompok lain di Sulsel mengalami inflasi selama Maret. Masing-masing kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, 0,25 persen; kelompok sandang, 0,21 persen; kelompok kesehatan, 0,69 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, 0,08 persen.
Pada kelompok bahan makanan, penurunan harga lima sub kelompok memicu deflasi. Yakni ikan segar, daging, ikan diawetkan, dan kacang-kacangan, padi-padian dan umbi-umbian.
"Sumbangan deflasi tertinggi pada sub kelompok ikan segar, sebesar minus 6,69 persen. Terendah pada kacang-kacangan, sebesar minus 0,05 persen," ujar Nursam.
Dari 11 kota di Pulau Sulawesi, hanya empat kota yang mengalami inflasi selama Maret. Inflasi tertinggi terjadi di Palu, sebesar 0,25 persen dengan IHK 129,46. Sedangkan inflasi terendah di Bau-bau sebesar 0,02 persen dengan IHK 129,29.
"Deflasi tertinggi ada di Parepare, yakni minus 0,45 persen dengan IHK 122,84," Nursam menambahkan.
medcom.id, Makassar: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat deflasi 0,18 persen pada Maret 2017. Data ini jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya, saat tercatat inflasi 0,75 persen.
Di saat bersamaan, laju inflasi tahun berjalan, Januari-Maret 2017 di Sulsel sebesar 1,69 persen. Adapun perbandingan laju inflasi
year on year dibandingkan Maret 2016, sebesar 3,42 persen.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengungkapkan, deflasi Sulsel disebabkan penurunan harga pada dua kelompok pengeluaran, yakni kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
"Deflasi di bahan makanan sebesar minus 1,49 persen sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus 0,28 persen," kata Nursam Salam pada konferensi pers di Kantor BPS Sulsel, Makassar, Senin 3 April 2017.
Selain dua kelompok di atas, lima kelompok lain di Sulsel mengalami inflasi selama Maret. Masing-masing kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, 0,25 persen; kelompok sandang, 0,21 persen; kelompok kesehatan, 0,69 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, 0,08 persen.
Pada kelompok bahan makanan, penurunan harga lima sub kelompok memicu deflasi. Yakni ikan segar, daging, ikan diawetkan, dan kacang-kacangan, padi-padian dan umbi-umbian.
"Sumbangan deflasi tertinggi pada sub kelompok ikan segar, sebesar minus 6,69 persen. Terendah pada kacang-kacangan, sebesar minus 0,05 persen," ujar Nursam.
Dari 11 kota di Pulau Sulawesi, hanya empat kota yang mengalami inflasi selama Maret. Inflasi tertinggi terjadi di Palu, sebesar 0,25 persen dengan IHK 129,46. Sedangkan inflasi terendah di Bau-bau sebesar 0,02 persen dengan IHK 129,29.
"Deflasi tertinggi ada di Parepare, yakni minus 0,45 persen dengan IHK 122,84," Nursam menambahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAN)