Jepara: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memastikan tak ada kenaikan kasus Demam Berdarah Dangue (DBD). Data dari E-DBD mencatat pada minggu lalu, 12-18 Mei 2024, ada 9 kasus yang terindikasi Demam Berdarah Dangue (DBD).
"Tidak ada kenaikan kasus DBD. Tidak apa-apa. Ini masih terkendali," kata Kepala Dinkes Jepara, Mudrikatun, Kamis, 23 Mei 2024.
Ia menyebut ada 141 pasien yang tercatat sebagai Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dan 132 Deman Dangue (DD).
"132 itu kan demam dengue, bukan DBD. Sekarang kalau mendiagnosis DBD, kepastian harus pemeriksaan virologi rata-rata yang masuk di rumah sakit itu demam dengue (DD)," jelasnya.
Selama 1 Januari hingga 18 Mei 2024, E-DBD mencatat KDRS sebanyak 3282 kasus dengan DD sejumlah 2950 kasus. Sedangkan pasien DBD yang meninggal sebanyak 20 orang dari 312 pasien yang didiagnosis DBD.
Mudrikatun mengatakan saat ini kesadaran masyarakat terhadap DBD semakin meningkat, sehingga saat ada gejala awal DBD langsung dibawa ke rumah sakit.
"Masyarakat lebih sadar begitu panas 2 hari dan muncul bercak-bercak merah langsung dibawa rumah sakit. Gejala awal itu dodiagnosis DD," ungkapnya.
Persebaran DBD di Jepara dinilai lebih mengerikan, pasalnya Penelitian vektor yang dilakukan Kemenkes RI, menemukan varian Serotipe Den 3 setelah DBD membludakm
Di mana berarti di dalam telur nyamuk, yang kemudian nanti menetas menjadi jentik lalu jadi nyamuk dewasa, sudah mengandung virus DBD.
Dinkes pun menghimbau masyarakat untuk lebih gencar melakukan Pembasmian Sarang Nyamuk (PSN) dan menjaga pola hidup bersih dengan 5M plus.
Sebelumnya Jepara dinyatakan peringkat 2 kasus kematian DBD terbanyak dengan 20 kasus.
Jepara: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memastikan tak ada kenaikan kasus
Demam Berdarah Dangue (DBD). Data dari E-DBD mencatat pada minggu lalu, 12-18 Mei 2024, ada 9 kasus yang terindikasi Demam Berdarah Dangue (DBD).
"Tidak ada kenaikan kasus DBD. Tidak apa-apa. Ini masih terkendali," kata Kepala Dinkes Jepara, Mudrikatun, Kamis, 23 Mei 2024.
Ia menyebut ada 141 pasien yang tercatat sebagai Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dan 132 Deman Dangue (DD).
"132 itu kan demam dengue, bukan DBD. Sekarang kalau mendiagnosis DBD, kepastian harus pemeriksaan virologi rata-rata yang masuk di rumah sakit itu demam dengue (DD)," jelasnya.
Selama 1 Januari hingga 18 Mei 2024, E-DBD mencatat KDRS sebanyak 3282 kasus dengan DD sejumlah 2950 kasus. Sedangkan pasien DBD yang meninggal sebanyak 20 orang dari 312 pasien yang didiagnosis DBD.
Mudrikatun mengatakan saat ini kesadaran masyarakat terhadap DBD semakin meningkat, sehingga saat ada gejala awal DBD langsung dibawa ke rumah sakit.
"Masyarakat lebih sadar begitu panas 2 hari dan muncul bercak-bercak merah langsung dibawa rumah sakit. Gejala awal itu dodiagnosis DD," ungkapnya.
Persebaran DBD di Jepara dinilai lebih mengerikan, pasalnya Penelitian vektor yang dilakukan Kemenkes RI, menemukan varian Serotipe Den 3 setelah DBD membludakm
Di mana berarti di dalam telur nyamuk, yang kemudian nanti menetas menjadi jentik lalu jadi nyamuk dewasa, sudah mengandung virus DBD.
Dinkes pun menghimbau masyarakat untuk lebih gencar melakukan Pembasmian Sarang Nyamuk (PSN) dan menjaga pola hidup bersih dengan 5M plus.
Sebelumnya Jepara dinyatakan peringkat 2 kasus kematian DBD terbanyak dengan 20 kasus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)