ilustrasi/Medcom.id
ilustrasi/Medcom.id

Dilanda Gelombang Panas, BMKG Minta Warga Samarinda Tak Panik

Antara • 26 April 2023 19:24
Kaltim: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Samarinda, Kalimantan Timur, mengimbau warga tidak panik terhadap radiasi ultra violet (UV) akibat terik Matahari dalam beberapa hari terakhir. Sebab, terik matahari merupakan fenomena normal dan tidak berbahaya.
 
"Warga tidak perlu panik menyikapi beredarnya informasi paparan UV, cukup menggunakan pelindung atau tabir surya saat terik matahari tinggi dan melakukan aktivitas di luar ruangan," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda Riza Arian Noor di Samarinda, Rabu, 26 April 2023.
 
Ia menjelaskan besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV, yakni indeks yang dibagi menjadi beberapa kategori.

Rinciannya adalah indeks 0-2 dengan kategori rendah, Indeks 3-5 dengan kategori menengah, Indeks 6-7 dengan kategori tinggi, dan Indeks 8-10 dengan kategori sangat tinggi. Namun jika memiliki Indeks 11 ke atas berarti dalam kategori ekstrem.
 
Baca: Suhu Panas Melanda Indonesia, Ternyata Ini 5 Penyebabnya

"Secara umum, pola harian indeks UV berada pada rendah saat pagi hari, kemudian mencapai puncaknya di kategori tinggi dan sangat tinggi, bahkan bisa sampai dengan ekstrem, jika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 - 15:00 waktu setempat, namun kembali turun di sore hari." jelas Riza.
 
Pola ini tergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan. Sedangkan tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.
 
Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, termasuk di Kalimantan Timur, pola harian dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena gelombang panas. Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV.
 
"Secara karakteristik fenomena, suhu panas di Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan siklus normal dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahun pada Maret-April dan kisaran September," kata Riza.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan