Kunjungan mahasiswa Rosnida Sari ke gereja di Banda Aceh (Foto: Australiaplus)
Kunjungan mahasiswa Rosnida Sari ke gereja di Banda Aceh (Foto: Australiaplus)

Dosen IAIN Ajak Mahasiswa ke Gereja untuk Pahami Perbedaan

Fajar Nugraha • 09 Januari 2015 14:45
medcom.id, Banda Aceh: Seorang dosen IAIN Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, mengajak mahasiswanya untuk mengetahui agama lain. Dia mengajak mahasiswanya untuk berkunjung ke gereja di Banda Aceh.
 
Metodenya ini terilhami apa yang dialaminya ketika belajar di Universitas Flinders di Australia Selatan.
 
Kepada Australiaplus dalam artikel terbitan 5 Januari 2015, Rosnida Sari mengaku punya pengalaman sangat berkesan dengan mahasiswanya. Pengalaman ini adalah salah satu mata pelajaran yang diasuhnya adalah Study Gender dalam Islam.
"Sepertinya menarik jika mahasiswa yang semuanya Islam ini belajar juga tentang bagaimana agama lain melihat relasi laki-laki dan perempuan di agama mereka," ujar Rosnida kepada Australiaplus, seperti dikutip Metrotvnews.com, Jumat (9/1/2015).
 
"Niat untuk membawa mahasiswa ini karena saat berada di Adelaide, saya banyak berteman dengan teman lokal. Bahkan saya sempat tinggal bersama keluarga lokal selama tiga bulan di Flagstaff Hill, Australia Selatan," lanjutnya.
 
Rosnida menceritakan bagaimana saat dirinya berteman dengan teman-teman lokal di Adelaide. Dia sering datang memenuhi undangan mereka seperti BBQ, piknik bahkan house warming party.
 
"Ketika mereka tahu saya beragama Islam dan senang mengunjungi gereja-gereja, mereka berkata bahwa mereka malah tidak pernah mengunjungi masjid, dan mereka ingin berkunjung ke masjid suatu saat. Sayangnya, sampai saya kembali ke Aceh, niat itu tidak terealisasikan," ucapnya.
 
Selama di Australia, Rosnida sempat datang mengikuti beberapa kegiatan gereja yang digawangi oleh ibu kos tempat ia tinggal. Ibu kos itu kerap melakukan kegiatan amal seperti membuat klub merajut bagi para perempuan di lingkungannya. tujuannya adalah sebagai tempat berkumpul bagi para perempuan untuk berbagi cerita. Klub ini juga menjadi wadah bagi para pendatang baru di lingkungan yang dekat dengan gerejanya.
 
Dengan mengikuti klub merajut ini, ibu dan teman-temannya dari komunitas lokal bisa membantu para pendatang baru ini tadi, yang bisa jadi belum bisa berbahasa Inggris atau belum mempunyai perlengkapan rumah tangga, seperti sofa atau meja makan. Peralatan ini, terkadang diberikan dengan cuma-cuma oleh anggota gereja.
 
"Kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan Australia, khususnya Adelaide tidak terlepas dari beasiswa yang saya dapatkan dari Pemerintah Aceh untuk melanjutkan study saya di Flinders University. Pemerintah Aceh memberikan beasiswa bagi guru dan dosen yang selamat dari musibah tsunami 2004," tuturnya.
 
"Berdasarkan pengalaman tersebut saya lalu mencoba mencoba menjadi 'jembatan' perdamaian bagi umat Kristiani dan Islam di kota saya sekarang, Banda Aceh. Saya kira sudah saatnya saya 'membalas' kebaikan mereka dengan menjadi semacam 'pembawa damai' untuk agama dan budaya yang berbeda ini," jelasnya.
 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif