medcom.id, Banjarnegara: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), meminta tambahan alat deteksi dini longsor (landslide early warning system/LEWS) ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sebab, Banjarnegara baru memilii lima unit, sedangkan kebutuhan mencapai 12 unit.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Catur Subandrio, mengungkapkan, peralatan LEWS yang dipasang BNPB nantinya hanya 5 unit. "Beberapa yang telah dipasang ditempatkan di Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening dan Desa Tlaga, Kecamatan Punggelan. Namun demikian, 5 unit alat tersebut masih belum cukup, karena masih ada setidaknya 7 titik rawan longsor di Banjarnegara," kata Catur, hari ini.
BPBD Banjarnegara telah memetakan 12 titik daerah rawan longsor yang tersebar di delapan kecamatan yakni Karangkobar, Punggelan, Pagentan, Pejawaran, Kalibening, Wanayasa, Banjarmangu dan Madukara. Masing-masing kecamatan ada 1-2 titik yang perlu dipasangi alat LEWS. "Sehingga, kami mengajukan peralatan LEWS tambahan," ujar Catur.
Menurut Catur, LEWS dibutuhkan agar masyarakat an pemerintah kabupaten selalu waspada. Gerakan tanah yang terdeteksi memberikan informasi kepada Pemkab dan warga untuk segera mengambil langkah cepat penyelamatan. "Diharapkan, keberadaan alat itu akan meminimalkan korban jika terjadi longsor," ucap dia.
Terkait dengan penanganan bencana longsor di Dusun Jemblung, saat ini Pemkab Banjarnegara tengah menyiapkan hunian sementara bagi korban. "Selain hunian sementara berupa rumah sewa milik warga, para korban juga mendapat biaya hidup. Sambil menunggu proses relokasi yang kini masih ditentukan lokasi pastinya.
Pengungsi bencana longsor tidak hanya berasal dari Dusun Jemblung, melainkan juga warga daerah lain yang mengalami kondisi serupa. Hingga saat ini, sekitar 2.000 pengungsi tersebar di empat kecamatan yakni Karangkobar, Punggelan, Wanayasa dan Banjarmangu.
medcom.id, Banjarnegara: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), meminta tambahan alat deteksi dini longsor (landslide early warning system/LEWS) ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sebab, Banjarnegara baru memilii lima unit, sedangkan kebutuhan mencapai 12 unit.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Catur Subandrio, mengungkapkan, peralatan LEWS yang dipasang BNPB nantinya hanya 5 unit. "Beberapa yang telah dipasang ditempatkan di Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening dan Desa Tlaga, Kecamatan Punggelan. Namun demikian, 5 unit alat tersebut masih belum cukup, karena masih ada setidaknya 7 titik rawan longsor di Banjarnegara," kata Catur, hari ini.
BPBD Banjarnegara telah memetakan 12 titik daerah rawan longsor yang tersebar di delapan kecamatan yakni Karangkobar, Punggelan, Pagentan, Pejawaran, Kalibening, Wanayasa, Banjarmangu dan Madukara. Masing-masing kecamatan ada 1-2 titik yang perlu dipasangi alat LEWS. "Sehingga, kami mengajukan peralatan LEWS tambahan," ujar Catur.
Menurut Catur, LEWS dibutuhkan agar masyarakat an pemerintah kabupaten selalu waspada. Gerakan tanah yang terdeteksi memberikan informasi kepada Pemkab dan warga untuk segera mengambil langkah cepat penyelamatan. "Diharapkan, keberadaan alat itu akan meminimalkan korban jika terjadi longsor," ucap dia.
Terkait dengan penanganan bencana longsor di Dusun Jemblung, saat ini Pemkab Banjarnegara tengah menyiapkan hunian sementara bagi korban. "Selain hunian sementara berupa rumah sewa milik warga, para korban juga mendapat biaya hidup. Sambil menunggu proses relokasi yang kini masih ditentukan lokasi pastinya.
Pengungsi bencana longsor tidak hanya berasal dari Dusun Jemblung, melainkan juga warga daerah lain yang mengalami kondisi serupa. Hingga saat ini, sekitar 2.000 pengungsi tersebar di empat kecamatan yakni Karangkobar, Punggelan, Wanayasa dan Banjarmangu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(JCO)