Bandung: Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak masyarakat, khususnya di Bandung, Jawa Barat, untuk mulai beralih dari televisi (TV) analog ke digital. Siaran TV digital dipastikan lebih baik daripada analog.
“Dalam Siaran TV Digital lebih bersih, bening dan juga canggih dibanding TV Analog. Jangan khawatir tidak ada channel TV favorit anda, semua masih ada disini,” ujar Staf Khusus Menteri Kominfo, Rosita Niken Widiastuti, dilansir Senin, 31 Oktober 2022.
Dalam rangka peralihan dari TV Analog menuju Siaran TV berbasis Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Workshop Video Era Baru TV Digital, Selamat Tinggal TV Analog, Indonesia Siap ASO “Era Baru Siaran Televisi Digital – Analog Swich Off 2 November 2022 #AyoBeralihKeTVDigitalBandung” pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Arcamanik, Bandung.
Sejak April 2022, Indonesia memasuki era baru penyiaran TV digital terestrial free-to-air dengan menghentikan siaran TV analog (Analog Switch Off atau ASO). ASO dilaksanakan setelah dipastikan infrastruktur dan bantuan Set Top Box (STB) untuk rumah tangga miskin telah terdistribusi merata.
Dengan demikian, rumah tangga miskin dan rumah tangga menengah ke atas terdampak ASO secara bersama-sama tetap bisa menonton siaran televisi digital. “Dalam siaran TV digital lebih bersih, bening, dan canggih dibanding TV analog. Jangan khawatir tidak ada channel TV favorit anda, semua masih ada di sini,” ujar Staf Khusus Menteri Kominfo, Rosita Niken Widiastuti.
Menurut dia, perpindahan dari TV analog menuju TV digital adalah efisiensi pada frekuensi, sehingga masyarakat semakin terbantu akan keunggulan dan manfaat yang siginifikan dari TV analog hijrah ke TV digital.
“Ini merupakan era yang baru. Dulu ada sistem hitam putih. Memberikan layanan lebih baik, bagus, beralihlah TV hitam putih menjadi TV berwarna," kata dia.
Dia menjelaskan frekuensi pada TV analog sudah banyak yang habis, sehingga banyak daerah blank spot akibat tidak ada yang bisa diperluas lagi. Dengan begitu, frekuensi perlu ditata ulang untuk memperluas penggunaan internet.
"Ini sama, siaran TV analog secara teknologi kurang canggih dibanding dengan TV digital. Lebih penting dari itu untuk efisiensi frekuensi. Karena siaran tv analog, misalnya contohnya TVRI, satu TVRI membutuhkan satu frekuensi. Sementara frekuensi tidak bisa ditambah dan (jika) Indonesia memiliki 700 stasiun TV, berarti membutuhkan 700 frekuensi," ujar dia.
Dengan adanya perpindahan dari TV analog ke TV digital, penggunaan frekuensi jauh lebih hemat dan efisien. Niken mencontohkan satu frekuensi bisa untuk 6-12 televisi. Sisa frekuensi yang tidak terpakai, bisa diperluas dan digunakan untuk banyak hal, dari akses internet, pengembangan ekonomi digital, hingga UMKM bisa masuk ke marketplace.
"Di samping itu untuk kepentingan ekonomi digital, industri 4.0, dan 5G. Sekarang ini mayoritas 4G, 5G tentu layanan internet luar biasa sangat cepat," papar dia.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Jhonny G Plate mengatakan pihakya terus mendorong percepatan agar lembaga penyiaran Indonesia yang telah mendapat kewenangan tata kelola multiplexing atau penyelenggara multiflex, baik LPP TVRI maupun tujuh LPS multiflexing, untuk bersiap menyongsong era baru TV digital.
“Kominfo terus mendorong percepatan agar lembaga penyiaran Indonesia yang telah mendapat kewenangan tata kelola multiplexing atau penyelenggara multiflex, baik LPP TVRI maupun tujuh LPS multiflexing, memastikan televisi yang belum memenuhi persyaratan DVB-T2 atau TV digital segera disediakan terpasang dan siap ikut bersama-sama menyongsong era baru digitalisasi pertelevisian nasional,” jelas Menteri Komunikasi dan Informasi, Jhonny G Plate, Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2022.
Bandung: Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kominfo) mengajak masyarakat, khususnya di Bandung, Jawa Barat, untuk mulai beralih dari
televisi (TV) analog ke
digital. Siaran TV digital dipastikan lebih baik daripada analog.
“Dalam Siaran TV Digital lebih bersih, bening dan juga canggih dibanding TV Analog. Jangan khawatir tidak ada channel TV favorit anda, semua masih ada disini,” ujar Staf Khusus Menteri Kominfo, Rosita Niken Widiastuti, dilansir Senin, 31 Oktober 2022.
Dalam rangka peralihan dari TV Analog menuju Siaran TV berbasis Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Workshop Video Era Baru TV Digital, Selamat Tinggal TV Analog, Indonesia Siap ASO “Era Baru Siaran Televisi Digital – Analog Swich Off 2 November 2022 #AyoBeralihKeTVDigitalBandung” pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Arcamanik, Bandung.
Sejak April 2022, Indonesia memasuki era baru penyiaran TV digital terestrial
free-to-air dengan menghentikan siaran TV analog (
Analog Switch Off atau ASO). ASO dilaksanakan setelah dipastikan infrastruktur dan bantuan
Set Top Box (STB) untuk rumah tangga miskin telah terdistribusi merata.
Dengan demikian, rumah tangga miskin dan rumah tangga menengah ke atas terdampak ASO secara bersama-sama tetap bisa menonton siaran televisi digital. “Dalam siaran TV digital lebih bersih, bening, dan canggih dibanding TV analog. Jangan khawatir tidak ada
channel TV favorit anda, semua masih ada di sini,” ujar Staf Khusus Menteri Kominfo, Rosita Niken Widiastuti.
Menurut dia, perpindahan dari TV analog menuju TV digital adalah efisiensi pada frekuensi, sehingga masyarakat semakin terbantu akan keunggulan dan manfaat yang siginifikan dari TV analog hijrah ke TV digital.
“Ini merupakan era yang baru. Dulu ada sistem hitam putih. Memberikan layanan lebih baik, bagus, beralihlah TV hitam putih menjadi TV berwarna," kata dia.
Dia menjelaskan frekuensi pada TV analog sudah banyak yang habis, sehingga banyak daerah
blank spot akibat tidak ada yang bisa diperluas lagi. Dengan begitu, frekuensi perlu ditata ulang untuk memperluas penggunaan internet.
"Ini sama, siaran TV analog secara teknologi kurang canggih dibanding dengan TV digital. Lebih penting dari itu untuk efisiensi frekuensi. Karena siaran tv analog, misalnya contohnya TVRI, satu TVRI membutuhkan satu frekuensi. Sementara frekuensi tidak bisa ditambah dan (jika) Indonesia memiliki 700 stasiun TV, berarti membutuhkan 700 frekuensi," ujar dia.
Dengan adanya perpindahan dari TV analog ke TV digital, penggunaan frekuensi jauh lebih hemat dan efisien. Niken mencontohkan satu frekuensi bisa untuk 6-12 televisi. Sisa frekuensi yang tidak terpakai, bisa diperluas dan digunakan untuk banyak hal, dari akses internet, pengembangan ekonomi digital, hingga UMKM bisa masuk ke
marketplace.
"Di samping itu untuk kepentingan ekonomi digital, industri 4.0, dan 5G. Sekarang ini mayoritas 4G, 5G tentu layanan internet luar biasa sangat cepat," papar dia.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Jhonny G Plate mengatakan pihakya terus mendorong percepatan agar lembaga penyiaran Indonesia yang telah mendapat kewenangan tata kelola multiplexing atau penyelenggara multiflex, baik LPP TVRI maupun tujuh LPS multiflexing, untuk bersiap menyongsong era baru TV digital.
“Kominfo terus mendorong percepatan agar lembaga penyiaran Indonesia yang telah mendapat kewenangan tata kelola multiplexing atau penyelenggara multiflex, baik LPP TVRI maupun tujuh LPS multiflexing, memastikan televisi yang belum memenuhi persyaratan DVB-T2 atau TV digital segera disediakan terpasang dan siap ikut bersama-sama menyongsong era baru digitalisasi pertelevisian nasional,” jelas Menteri Komunikasi dan Informasi, Jhonny G Plate, Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)