Penduduk Miskin di Solok Selatan Berkurang Jadi 11.810 Orang
Antara • 01 Februari 2023 18:06
Sumbar: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solok Selatan, Sumatra Barat, Abdul Razi mengatakan jumlah penduduk miskin di Kabupaten itu pada 2022 berkurang menjadi 11.810 jiwa. Pada tahun 2021, jumlah penduduk miskin mencapai 13.410 jiwa.
"Kemiskinan di Solok Selatan pada 2021 yaitu 7,52 persen dari jumlah penduduk sedangkan pada 2022 turun menjadi 6,51 persen dengan rata-rata pengeluaran perkapita Rp470.090 per bulan," kata Razi, di Padang Aro, Rabu, 1 Februari 2023.
Sedangkan indeks garis kemiskinan pada 2021, mencapai 1,28. Jumlah ini turun menjadi 1,12 pada 2022. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Sedangkan tingkat keparahan ketimpangan kemiskinan pada 2021 indeksnya 0,31 dan menjadi 0,25 pada 2022. Indeks keparahan kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
"Apabila semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin," ucap dia.
Razi mengatakan untuk kemiskinan ekstrem di Solok Selatan juga turun dari 3.200 jiwa atau 1,8 persen dari jumlah penduduk pada 2021 menjadi 2.770 jiwa atau 1,53 persen. Kategori masyarakat Solok Selatan yang masuk kemiskinan ekstrem apabila pengeluaran perkapita per bulan Rp383 ribu.
"Pemerintah menargetkan pada 2024 kemiskinan ekstrem 0 persen dan itu butuh kerjasama semua pihak," ujarnya.
Perkembangan persentase penduduk miskin Solok Selatan 6,51 persen masih di atas Provinsi Sumbar dengan 5,92 persen. Razi menambahkan penyebab utama turunnya kemiskinan di Solok Selatan adalah menurunnya kasus covid-19 sehingga masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Sumbar: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solok Selatan, Sumatra Barat, Abdul Razi mengatakan jumlah penduduk miskin di Kabupaten itu pada 2022 berkurang menjadi 11.810 jiwa. Pada tahun 2021, jumlah penduduk miskin mencapai 13.410 jiwa.
"Kemiskinan di Solok Selatan pada 2021 yaitu 7,52 persen dari jumlah penduduk sedangkan pada 2022 turun menjadi 6,51 persen dengan rata-rata pengeluaran perkapita Rp470.090 per bulan," kata Razi, di Padang Aro, Rabu, 1 Februari 2023.
Sedangkan indeks garis kemiskinan pada 2021, mencapai 1,28. Jumlah ini turun menjadi 1,12 pada 2022. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Sedangkan tingkat keparahan ketimpangan kemiskinan pada 2021 indeksnya 0,31 dan menjadi 0,25 pada 2022. Indeks keparahan kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
"Apabila semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin," ucap dia.
Razi
mengatakan untuk kemiskinan ekstrem di Solok Selatan juga turun dari 3.200 jiwa atau 1,8 persen dari jumlah penduduk pada 2021 menjadi 2.770 jiwa atau 1,53 persen. Kategori masyarakat Solok Selatan yang masuk kemiskinan ekstrem apabila pengeluaran perkapita per bulan Rp383 ribu.
"Pemerintah menargetkan pada 2024 kemiskinan ekstrem 0 persen dan itu butuh kerjasama semua pihak," ujarnya.
Perkembangan persentase penduduk miskin Solok Selatan 6,51 persen masih di atas Provinsi Sumbar dengan 5,92 persen. Razi
menambahkan penyebab utama turunnya kemiskinan di Solok Selatan adalah menurunnya kasus covid-19 sehingga masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)