Kulon Progo: Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dalam bayang-bayang ancaman lonjakan kasus kasus demam berdarah siklus 6 tahunan. Indikasi tingginya kasus tersebut sudah tampak pada awal 2022.
"Pada dua minggu bulan Januari ini Dengue Fever atau DF ada 116 (kasus), lalu demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ada 39 (kasus)," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Rina Nuryati, Selasa, 18 Januari 2022.
Baca: ITD Unair Sebut Covid-19 Varian Lokal Jatim Bukan Hal Baru
Ada dua istilah demam berdarah, yakni demam dengue (Dengue Fever/DF) dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF). Bedanya kasus DBD ada kebocoran pembuluh darah, sedangkan pada demam dengue tidak.
Rina menjelaskan tahun 2022 menjadi waktu siklus enam tahunan dari lonjakan kasus demam berdarah itu. Kasus demam berdarah pada 2016 ada 381 kasus dan 2010 sebanyak 472 kasus.
Sementara kasus demam berdarah dalam tiga tahun terakhir juga jadi perhatian. Rinciannya: 2019 sebanyak 194 kasus dan tak ada meninggal; 2020 ada 316 kasus dengan 3 kasus meninggal; dan 2021 ada 213 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6.
"Yang menjadi permasalahan peningkatan kasus meninggal ini. Tren kasus (demam berdarah) sudah meningkat sejak awal musim hujan pada September (2021) lalu," jelas Rina.
Ia menuturkan kasus demam berdarah menyebar di hampir semua kecamatan. Tiga wilayah dengan kasus terbanyak ada di Kecamatan Wates, Kecaatan Nanggulan, dan Kecamatan Sentolo.
Sampai saat ini, lanjut Rina, pihaknya bersama petugas kesehatan Puskesmas terus mengupayakan pengendalian kasus, tata laksana kasus, dan surveillance epidemologi atau tindak lanjut untuk penyelidikan epidemologi memastikan DB atau bukan. Di samping itu, pihaknya juga mengingatkan masyarakat agar rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN.
Selain itu juga mengoordinasikan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan 7 rumah sakit swasta dan dua rumah sakit pemerintah. Rina menyatakan telah mengoordinasikan pengetahuan dengan para dokter soal ancaman siklus 6 tahunan itu. Ia mengingatkan, indikasi demam berdarah hampir sama dengan covid-19, yakni demam tinggi.
"Sistem kewaspadaan dini harus kami ingatkan di masyarakat. Jangan sampai takut ke rumah sakit agar tidak terlambat penanganannya. Kasus DHF harus dirawat di rumah sakit yang punya ICU," ungkapnya.
Kulon Progo: Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dalam bayang-bayang ancaman lonjakan kasus kasus
demam berdarah siklus 6 tahunan. Indikasi tingginya kasus tersebut sudah tampak pada awal 2022.
"Pada dua minggu bulan Januari ini Dengue Fever atau DF ada 116 (kasus), lalu demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ada 39 (kasus)," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Rina Nuryati, Selasa, 18 Januari 2022.
Baca:
ITD Unair Sebut Covid-19 Varian Lokal Jatim Bukan Hal Baru
Ada dua istilah demam berdarah, yakni demam dengue (Dengue Fever/DF) dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF). Bedanya kasus DBD ada kebocoran pembuluh darah, sedangkan pada demam dengue tidak.
Rina menjelaskan tahun 2022 menjadi waktu siklus enam tahunan dari lonjakan kasus demam berdarah itu. Kasus demam berdarah pada 2016 ada 381 kasus dan 2010 sebanyak 472 kasus.
Sementara kasus demam berdarah dalam tiga tahun terakhir juga jadi perhatian. Rinciannya: 2019 sebanyak 194 kasus dan tak ada meninggal; 2020 ada 316 kasus dengan 3 kasus meninggal; dan 2021 ada 213 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6.
"Yang menjadi permasalahan peningkatan kasus meninggal ini. Tren kasus (demam berdarah) sudah meningkat sejak awal musim hujan pada September (2021) lalu," jelas Rina.
Ia menuturkan kasus demam berdarah menyebar di hampir semua kecamatan. Tiga wilayah dengan kasus terbanyak ada di Kecamatan Wates, Kecaatan Nanggulan, dan Kecamatan Sentolo.
Sampai saat ini, lanjut Rina, pihaknya bersama petugas kesehatan Puskesmas terus mengupayakan pengendalian kasus, tata laksana kasus, dan surveillance epidemologi atau tindak lanjut untuk penyelidikan epidemologi memastikan DB atau bukan. Di samping itu, pihaknya juga mengingatkan masyarakat agar rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN.
Selain itu juga mengoordinasikan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan 7 rumah sakit swasta dan dua rumah sakit pemerintah. Rina menyatakan telah mengoordinasikan pengetahuan dengan para dokter soal ancaman siklus 6 tahunan itu. Ia mengingatkan, indikasi demam berdarah hampir sama dengan covid-19, yakni demam tinggi.
"Sistem kewaspadaan dini harus kami ingatkan di masyarakat. Jangan sampai takut ke rumah sakit agar tidak terlambat penanganannya. Kasus DHF harus dirawat di rumah sakit yang punya ICU," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)