Bandung: Proyek pembangunan underpass Cibiru yang diusulkan pada 2015 diharapkan segera direalisasian. Proyek tersebut nantinya bisa mengatasi kemacetan di Bandung Timur.
Proyek pembangunan underpasas Cibiru direncanakan memakan anggaran hingga Rp200 miliar. Didesain memiliki panjang total 910 meter, bagian terowongan sepanjang 118 meter, bagian terbuka disisi kiri 58 meter dan sisi kanan 466 meter.
Pakar kebijakan publik Universitas Padjajaran, Yogi Suprayogi mengatakan, proyek pembangunan underpass Cibiru merupakan bagian dari Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), dan menurutnya itu sah-sah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung mengingat tingkah kemacetan di kawasan tersebut cukup padat. Hanya saja, ia menuturkan ada beberapa catatan yang harus diperhatikan.
“Bicara pembangunan underpass, menurut saya itu rencana BIUTR yang memang menjadi opsi untuk menyelesaikan kemacetan. Tapi ya itu, yang menjadi catatan adalah tidak menyelesaikan kemacatan untuk jangka panjang,” papar Yogi.
Menurut Yogi, permasalah kemacetan di kawasan tersebut atau lainnya sebetulnya tidak hanya menjadi PR Kota Bandung saja, tapi juga menghubungkan dengan kawasan Ciwidey, Pangalengan, atau Bandung Raya lainnya.
"Jadi kalau untuk mengurai kemacetan secara sementara, ia menilai ya sah-sah saja," kata Yogi.
Ia juga menegaskan, dalam merencanakan pembangunan underpass Cibiru harus hati-hati dalam artian konsep dan perencanaan yang akan digulirkan harus betul-betul matang.
“Karena perlu diketahui Kota Bandung, termasuk kawasan Bandung Timur itu kondisi tanah pun menjadi hal penting untuk dipertimbangkan, misal dari kontruksi bangunannya yang pastinya harus tahan gempa, mengingat Bandung merupakan cekungan dan riskan terhadap pergeseran. Jangan sampai pembangunan tersebut akan berdampak panjang, terutama untuk warga sekitar,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Yogi menyarankan kalaupun pembangunan tersebut akan dijalankan setelah 9 tahun belum terealisasi, pembangunan harus terintegrasi dengan baik. “Karena ya itu, kembali lagi jika pembangunan underpass bukanlah jangka panjang melainkan hanya menjadi solusi mengurai kemacetan untuk sementara,” tegasnya.
Bandung: Proyek pembangunan underpass Cibiru yang diusulkan pada 2015 diharapkan segera direalisasian. Proyek tersebut nantinya bisa mengatasi kemacetan di Bandung Timur.
Proyek pembangunan underpasas Cibiru direncanakan memakan anggaran hingga Rp200 miliar. Didesain memiliki panjang total 910 meter, bagian terowongan sepanjang 118 meter, bagian terbuka disisi kiri 58 meter dan sisi kanan 466 meter.
Pakar kebijakan publik Universitas Padjajaran, Yogi Suprayogi mengatakan, proyek pembangunan underpass Cibiru merupakan bagian dari Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), dan menurutnya itu sah-sah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung mengingat tingkah kemacetan di kawasan tersebut cukup padat. Hanya saja, ia menuturkan ada beberapa catatan yang harus diperhatikan.
“Bicara pembangunan underpass, menurut saya itu rencana BIUTR yang memang menjadi opsi untuk menyelesaikan kemacetan. Tapi ya itu, yang menjadi catatan adalah tidak menyelesaikan kemacatan untuk jangka panjang,” papar Yogi.
Menurut Yogi, permasalah kemacetan di kawasan tersebut atau lainnya sebetulnya tidak hanya menjadi PR Kota Bandung saja, tapi juga menghubungkan dengan kawasan Ciwidey, Pangalengan, atau Bandung Raya lainnya.
"Jadi kalau untuk mengurai kemacetan secara sementara, ia menilai ya sah-sah saja," kata Yogi.
Ia juga menegaskan, dalam merencanakan pembangunan underpass Cibiru harus hati-hati dalam artian konsep dan perencanaan yang akan digulirkan harus betul-betul matang.
“Karena perlu diketahui Kota Bandung, termasuk kawasan Bandung Timur itu kondisi tanah pun menjadi hal penting untuk dipertimbangkan, misal dari kontruksi bangunannya yang pastinya harus tahan gempa, mengingat Bandung merupakan cekungan dan riskan terhadap pergeseran. Jangan sampai pembangunan tersebut akan berdampak panjang, terutama untuk warga sekitar,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Yogi menyarankan kalaupun pembangunan tersebut akan dijalankan setelah 9 tahun belum terealisasi, pembangunan harus terintegrasi dengan baik. “Karena ya itu, kembali lagi jika pembangunan underpass bukanlah jangka panjang melainkan hanya menjadi solusi mengurai kemacetan untuk sementara,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)