Berau: Musliadi, seorang pria di Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) membangun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan mendaur ulang kaleng bekas jadi kerajinan. Selain mendapat keuntungan bisnis, kerajinan dari kaleng ini juga dapat menyelamatkan lingkungan.
Pemuda berusia 31 tahun ini berhasil menyulap kaleng bekas soft drink ataupun susu menjadi miniatur vespa, becak, mobil, hingga kapal pinisi. Musliadi sudah menekuni bisnisnya sejak 2015. Ia terinspirasi dari tayangan di televisi terkait cara daur ulang kaleng.
“Tahun 2015 melihat tayangan di televisi tentang daur ulang kaleng membuat miniatur. Saya terinspirasi dan mencoba membuat, iseng posting di Facebook dan ada teman yang tertarik," jelas Musliadi dalam tayangan Newsline di Metro TV, Kamis, 7 Oktober 2021.
Musliadi menjual karyanya secara online melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Untuk penjualan secara offline, biasanya melalui bazar ataupun expo. Selain menghadirkan keuntungan, kerajinan kaleng ini juga dikatakan dapat menyelamatkan lingkungan.
Musliadi mengakui sempat mengalami kendala dalam penjualan selama pandemi covid-19. Tidak ada satu pun miniatur yang terjual. Namun, Musliadi kemudian melakukan inovasi agar bisa tetap bertahan selama pandemi.
"Harus terus berinovasi agar bisa tetap bertahan. Jadi, saya membuat celengan lukis kemudian celengan target. Nah, dari situlah kita bisa bertahan hingga sekarang,” katanya.
Baca: Bisa Raup Rp200 Triliun dari Ponsel Usang, Itulah Indonesia!
Selain berinovasi, Musliadi juga mendapatkan bantuan dari Dinas Koperasi dan Perindustrian, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan bantuan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Kerajinan kaleng ini telah dipasarkan ke berbagai daerah seperti Tangerang, Medan, Aceh, Balikpapan, dan Singkawang.
Omzet yang diraup Musliadi dalam sebulan berkisar Rp5 juta hingga Rp6 juta. Satu buah karyanya dihargai Rp225 ribu hingga Rp500 ribu. Proses pembuatan karya dapat memakan waktu sekitar satu hingga empat hari bergantung tingkat kerumitan. (Widya Finola Ifani Putri)
Berau: Musliadi, seorang pria di Berau,
Kalimantan Timur (Kaltim) membangun usaha mikro, kecil, dan menengah (
UMKM) dengan
mendaur ulang kaleng bekas jadi kerajinan. Selain mendapat keuntungan bisnis, kerajinan dari kaleng ini juga dapat menyelamatkan lingkungan.
Pemuda berusia 31 tahun ini berhasil menyulap kaleng bekas soft drink ataupun susu menjadi miniatur vespa, becak, mobil, hingga kapal pinisi. Musliadi sudah menekuni bisnisnya sejak 2015. Ia terinspirasi dari tayangan di televisi terkait cara daur ulang kaleng.
“Tahun 2015 melihat tayangan di televisi tentang daur ulang kaleng membuat miniatur. Saya terinspirasi dan mencoba membuat, iseng posting di Facebook dan ada teman yang tertarik," jelas Musliadi dalam tayangan Newsline di
Metro TV, Kamis, 7 Oktober 2021.
Musliadi menjual karyanya secara online melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Untuk penjualan secara offline, biasanya melalui bazar ataupun expo. Selain menghadirkan keuntungan, kerajinan kaleng ini juga dikatakan dapat menyelamatkan lingkungan.
Musliadi mengakui sempat mengalami kendala dalam penjualan selama pandemi covid-19. Tidak ada satu pun miniatur yang terjual. Namun, Musliadi kemudian melakukan inovasi agar bisa tetap bertahan selama pandemi.
"Harus terus berinovasi agar bisa tetap bertahan. Jadi, saya membuat celengan lukis kemudian celengan target. Nah, dari situlah kita bisa bertahan hingga sekarang,” katanya.
Baca:
Bisa Raup Rp200 Triliun dari Ponsel Usang, Itulah Indonesia!
Selain berinovasi, Musliadi juga mendapatkan bantuan dari Dinas Koperasi dan Perindustrian, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan bantuan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Kerajinan kaleng ini telah dipasarkan ke berbagai daerah seperti Tangerang, Medan, Aceh, Balikpapan, dan Singkawang.
Omzet yang diraup Musliadi dalam sebulan berkisar Rp5 juta hingga Rp6 juta. Satu buah karyanya dihargai Rp225 ribu hingga Rp500 ribu. Proses pembuatan karya dapat memakan waktu sekitar satu hingga empat hari bergantung tingkat kerumitan.
(Widya Finola Ifani Putri) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)