Pengungsi korban kerusuhan Wamena tiba di Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang pukul 14.50 WIB, Rabu 2 Oktober 2019. Medcom.id/ Daviq Umar Al Faruq
Pengungsi korban kerusuhan Wamena tiba di Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang pukul 14.50 WIB, Rabu 2 Oktober 2019. Medcom.id/ Daviq Umar Al Faruq

120 Warga Jatim Sudah Kembali dari Wamena

Daviq Umar Al Faruq • 03 Oktober 2019 08:04
Malang: Tuntas sudah penantian warga asal Jawa untuk bisa pulang dari Wamena, Jayawijaya, Papua. Sebanyak 120 warga Jawa Timur dan Jawa Tengah baru saja dipulangkan dengan pesawat Hercules milik TNI AU. Mereka tiba di Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Rabu, 2 Oktober 2019.
 
Raut wajah lega dan bersyukur terpancar dari wajah para perantau ini setelah turun dari pesawat. Mereka kini bisa kembali ke kampung halamannya masing-masing setelah lama menunggu dan menempuh proses pemulangan.
 
Para perantau yang berasal dari Wamena harus menunggu antrian pesawat untuk bisa terbang ke Sentani, Jayapura. Setelah mendapat jadwal keberangkatan, mereka juga harus menempuh perjalanan lebih dari delapan jam karena transit di Biak dan Makassar.

Oleh sebab itu, begitu tiba di Malang dan disambut oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mereka terlihat haru dan bahagia. Tak sedikit dari mereka yang mengucapkan terima kasih pada Pemprov Jawa Timur karena telah mengupayakan pemulangan dari Wamena.
 
"Saya sudah 29 tahun di Wamena, saya berdagang di sana, buka kios. Tapi akibat kerusuhan, semua habis terbakar," kata Satik, warga asal Banyuwangi, salah satu pengungsi dari Wamena.
 
Hal serupa juga disampaikan oleh Yusuf, warga Probolinggo. Pria yang bekerja sebagai tukang bangunan itu bersyukur bisa kembali ke Jawa Timur usai kerusuhan yang terjadi di Wamena. 
 
Akibat kerusuhan yang menyebabkan puluhan orang tewas itu, Yusuf dan keluarganya sempat terpisah. Masyarakat di sana saat itu saling mencari tempat aman dan perlindungan, sehingga ia pun berpencar dari anak dan istrinya.
 
"Terima kasih akhirnya kami dipulangkan. Tapi masih banyak teman kami di sana, semoga segera menyusul dipulangkan," ungkap Yusuf.
 
Sebelumnya kerusuhan di Wamena pada 23 September 2019 bermula saat sekelompok siswa SMA dan masyarakat menyerang warga serta membakar rumah penduduk dan perkantoran. 
 
Pada saat itu juga beredar kabar bahwa sejumlah siswa SMA PGRI Wamena marah dan hendak melakukan aksi demonstrasi. Lantaran beredar kabar adanya guru sekolah yang melontarkan ujaran rasial.
 
Akibat peristiwa itu, 33 orang meninggal dan 79 lainnya luka-luka. Sekitar 150 rumah dan toko terbakar. Kantor Bupati Jayawijaya dan sejumlah gedung pemerintah juga ikut dibakar. Lebih dari seratus kendaraan ikut dibakar.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan