Jakarta: Pengamat Sepak Bola Ronny Pangemanan menyebut tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur, berpotensi berdampak pada perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Ia menilai kerusuhan hingga menimbulkan 129 korban jiwa usai laga Persebaya versus Arema FC menjadi tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola dunia.
"Tragedi ini akan berpengaruh pada U-20 pada 2023. Pasti FIFA lihat ini, bukan tidak mungkin kita akan di-banned, tidak boleh main di semua pertandingan. Ini merugikan kita," ucap Ronny, dalam Breaking News Metro TV, Minggu, 2 Oktober 2022.
Menurut Ronny, skorsing atau penghentian pertandingan selama satu minggu sangat tidak efektif. Sebab tragedi tersebut adalah persoalan serius yang tidak bisa ditangani main-main.
"Jangankan seminggu, sebulan juga kurang. Harus diistrirahatkan dulu semua karena dampaknya besar. Semua harus dievaluasi," tegasnya.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang bermula saat ribuan suporter Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil Polri, barracuda.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Dengan jumlah petugas keamanan yang tidak sebanding dengan jumlah ribuan suporter Arema FC tersebut, petugas kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan. Tembakan gas air mata itu membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas.
Banyaknya suporter yang pingsan, membuat kepanikan di area stadion. Banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis tersebut tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pasca-pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu.
Jakarta: Pengamat Sepak Bola Ronny Pangemanan menyebut
tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur, berpotensi berdampak pada perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Ia menilai kerusuhan hingga menimbulkan 129 korban jiwa usai laga Persebaya versus Arema FC menjadi tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola dunia.
"Tragedi ini akan berpengaruh pada U-20 pada 2023. Pasti FIFA lihat ini, bukan tidak mungkin kita akan di-banned, tidak boleh main di semua pertandingan. Ini merugikan kita," ucap Ronny, dalam
Breaking News Metro TV, Minggu, 2 Oktober 2022.
Menurut Ronny, skorsing atau penghentian pertandingan selama satu minggu sangat tidak efektif. Sebab tragedi tersebut adalah persoalan serius yang tidak bisa ditangani main-main.
"Jangankan seminggu, sebulan juga kurang. Harus diistrirahatkan dulu semua karena dampaknya besar. Semua harus dievaluasi," tegasnya.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang bermula saat ribuan suporter Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil Polri, barracuda.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Dengan jumlah
petugas keamanan yang tidak sebanding dengan jumlah ribuan suporter Arema FC tersebut, petugas kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan. Tembakan gas air mata itu membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas.
Banyaknya suporter yang pingsan, membuat kepanikan di area stadion. Banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis tersebut tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pasca-pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)