medcom.id, Makassar: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat daerahnya mengalami deflasi 0,24 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 127,95 pada Mei 2017. Tren tersebut dipicu turunnya harga pada tiga kelompok pengeluaran.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan, penurunan ditunjukkan indeks harga pada kelompok bahan makanan (-1,34 persen), kelompok sandang (-0,16 persen), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,03 persen).
Adapun di saat bersamaan empat kelompok memicu inflasi. Yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,13 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,31 persen), kelompok kesehatan (0,03 persen) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,10 persen).
“Secara umum Sulsel deflasi meski pada empat kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi,” kata Nursam melalui rilis yang diterima Metrotvnews.com di Makassar, Sabtu, 3 Juni 2017.
Pada kelompok bahan makanan, BPS Sulsel mencatat enam dari sebelas sub kelompok mengalami deflasi. Sumbangan terbesar dari kelompok bumbu-bumbuan (-7,34 persen). Lalu sayur-sayuran sebesar (-4,37 persen), dan buah-buahan (-2,32 persen).
“Komoditas yang mengalami penurunan harga di antaranya cabai rawit, tomat sayur dan buah, ikan layang, bawang merah, gula pasir, kol, dan kentang,” Nursam menyebutkan.
Untuk tahun berjalan, dalam rentang Januari-Mei 2017 Sulsel mengalami inflasi 1,78 persen. Sedangkan dibandingkan tahun sebelumnya, tren pada Mei tahun ini lebih baik dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2016, meski saat itu juga terjadi deflasi sebesar -0,03 persen.
Penghitungan inflasi Sulsel berdasarkan hasil survei harga konsumen di lima kota. Masing-masing di Makassar, Palopo, Bulukumba, Parepare, dan Watampone. Deflasi tercatat pada dua kota pertama, yakni Makassar -0,32 persen dan Palopo -0,14 persen.
medcom.id, Makassar: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat daerahnya mengalami deflasi 0,24 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 127,95 pada Mei 2017. Tren tersebut dipicu turunnya harga pada tiga kelompok pengeluaran.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan, penurunan ditunjukkan indeks harga pada kelompok bahan makanan (-1,34 persen), kelompok sandang (-0,16 persen), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,03 persen).
Adapun di saat bersamaan empat kelompok memicu inflasi. Yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,13 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,31 persen), kelompok kesehatan (0,03 persen) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,10 persen).
“Secara umum Sulsel deflasi meski pada empat kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi,” kata Nursam melalui rilis yang diterima Metrotvnews.com di Makassar, Sabtu, 3 Juni 2017.
Pada kelompok bahan makanan, BPS Sulsel mencatat enam dari sebelas sub kelompok mengalami deflasi. Sumbangan terbesar dari kelompok bumbu-bumbuan (-7,34 persen). Lalu sayur-sayuran sebesar (-4,37 persen), dan buah-buahan (-2,32 persen).
“Komoditas yang mengalami penurunan harga di antaranya cabai rawit, tomat sayur dan buah, ikan layang, bawang merah, gula pasir, kol, dan kentang,” Nursam menyebutkan.
Untuk tahun berjalan, dalam rentang Januari-Mei 2017 Sulsel mengalami inflasi 1,78 persen. Sedangkan dibandingkan tahun sebelumnya, tren pada Mei tahun ini lebih baik dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2016, meski saat itu juga terjadi deflasi sebesar -0,03 persen.
Penghitungan inflasi Sulsel berdasarkan hasil survei harga konsumen di lima kota. Masing-masing di Makassar, Palopo, Bulukumba, Parepare, dan Watampone. Deflasi tercatat pada dua kota pertama, yakni Makassar -0,32 persen dan Palopo -0,14 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAN)