Sleman: Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyediakan tenda khusus untuk pengungsi Merapi. Tenda dengan nama Bilik Ayah Bunda itu disediakan untuk pengungsi yang merupakan suami istri.
Ketua Komunitas Siaga Merapi Kelurahan Glagaharjo, Rambat Wahyudi, mengatakan, keberadaan bilik tersebut untuk memfasilitasi pengungsi di tengah status siaga Gunung Merapi yang belum diketahui batas waktunya. Meskipun, ia tak tahu kapan penyediaan fasilitas itu bisa digunakan.
"Mungkin karena di barak harus ada seperti itu, ya silakan. Kalau sesuai prosedur monggo (silakan)," kata Rambat, di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Senin, 30 November 2020.
Pengungsi di barak saat ini didominasi kelompok rentan, seperti lansia, ibu hamil, ibu menyusui, difabel, dan anak-anak. Ia menilai kelompok rentan itu tak membutuhkan bilik tersebut.
Baca juga: Istri Bupati Demak Meninggal Positif Covid-19
Di sisi lain, sejumlah pengungsi dewasa memang ada yang di pengungsian. Sementara, sebagian pengungsi dewasa masih mampu pulang-pergi antara barak dengan rumah tempat tinggal.
"(Pengungsi) belum saatnya (membutuhkan bilik khusus). Mungkin untuk persiapan ketika semua pengungsi sudah turun semua," kata dia.
Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana), Heri Partaya, menambahkan penyediaan bilik itu untuk antisipasi penggunaan fasilitas umum (fasum) untuk berhubungan suami istri. Ia mengatakan erupsi beberapa tahun lalu sempat diketahui pengungsi menggunakan fasum untuk berhubungan suami istri.
"Erupsi 2006 itu ada (pengungsi berhubungan suami-istri) di kamar mandi. Itu di (barak pengungsian) Kecamatan Cangkringan. Mungkin sebagai antisipasi," imbuhnya.
Sleman: Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyediakan tenda khusus untuk pengungsi
Merapi. Tenda dengan nama Bilik Ayah Bunda itu disediakan untuk pengungsi yang merupakan suami istri.
Ketua Komunitas Siaga Merapi Kelurahan Glagaharjo, Rambat Wahyudi, mengatakan, keberadaan bilik tersebut untuk memfasilitasi pengungsi di tengah status siaga Gunung Merapi yang belum diketahui batas waktunya. Meskipun, ia tak tahu kapan penyediaan fasilitas itu bisa digunakan.
"Mungkin karena di barak harus ada seperti itu, ya silakan. Kalau sesuai prosedur
monggo (silakan)," kata Rambat, di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Senin, 30 November 2020.
Pengungsi di barak saat ini didominasi kelompok rentan, seperti lansia, ibu hamil, ibu menyusui, difabel, dan anak-anak. Ia menilai kelompok rentan itu tak membutuhkan bilik tersebut.
Baca juga:
Istri Bupati Demak Meninggal Positif Covid-19
Di sisi lain, sejumlah pengungsi dewasa memang ada yang di pengungsian. Sementara, sebagian pengungsi dewasa masih mampu pulang-pergi antara barak dengan rumah tempat tinggal.
"(Pengungsi) belum saatnya (membutuhkan bilik khusus). Mungkin untuk persiapan ketika semua pengungsi sudah turun semua," kata dia.
Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana), Heri Partaya, menambahkan penyediaan bilik itu untuk antisipasi penggunaan fasilitas umum (fasum) untuk berhubungan suami istri. Ia mengatakan erupsi beberapa tahun lalu sempat diketahui pengungsi menggunakan fasum untuk berhubungan suami istri.
"Erupsi 2006 itu ada (pengungsi berhubungan suami-istri) di kamar mandi. Itu di (barak pengungsian) Kecamatan Cangkringan. Mungkin sebagai antisipasi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)