ANT/Irwansyah Putra
ANT/Irwansyah Putra

10 Tahun Tsunami Aceh

Ibana Gulung Daratan, 100 Kerabat Nurlinda Hilang

M Rodhi Aulia • 26 Desember 2014 18:32
medcom.id, Banda Aceh: Hampir 200 ribu warga Aceh menjadi korban gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Bukan cuma sanak saudara, harta benda juga lenyap terhempas berjuta galon air laut, sepuluh tahun lalu.
 
Kehilangan mendalam dirasakan juga Nurlinda Nurdin. Perempuan asal Peukan Bada, Aceh Besar, itu kehilangan ibu dan saudara-saudaranya. Dia menghitung, sekitar 100 kerabat lenyap dan tak ditemukan hingga kini.
 
Umurnya 38 tahun pada 25 Desember 2004. Nurlinda dan keluarga tengah berkumpul di kediaman orang tuanya yang hanya berjarak lima kilometer dari rumahnya di Peukan Bada. Mereka tengah berduka karena Ayah Nulinda meninggal 10 hari sebelumnya.

Peristiwa dahsyat itu terjadi 26 Desember sekitar pukul 08.00 WIB. Malam sebelum air laut menggulung daratan, Nur masih ada di rumah orang tuanya. Tiba-tiba, anaknya minta pulang ke rumah pribadinya.
 
"Malam itu juga, kami pulang. Saya mendengar suara binatang dari dalam tanah. Teringat, nenek saya cerita. Tentang ibana (gelombang besar) di usia 12 tahun. Suara dalam tanah itu persis dengan apa yang diceritakan nenek," ujar dia saat ditemui di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Jumat (26/12/2014).
 
Beberapa jam setelah ayam berkokok, Nurlinda dan keluarga kalang kabut. Tanah bergoyang keras, gempa bumi menghentak. Catatan sejumlah lembaga internsional menunjukkan angka 8,0 hingga 9,3 skala Richter (SR) getaran bumi. Tapi Nur tak tahu itu. Yang ia saksikan rumah dan seluruh bumi bergerak dalam beberapa detik.
 
Firasat Nur ternyata benar. Ibana datang melanda. Air menggulung daratan. Permukiman di pinggir laut porak poranda disapu gelombang. Nur juga merasakan gelombang itu. Padahal, rumahnya berjarak 10 kilometer dari garis pantai Ketapang, Aceh Besar, meski dampaknya tak terlalu besar.
 
Sejak kejadian itu, Nur kerap pingsan. Keluarga Nur selamat. Namun, nasib sanak saudara yang berkumpul di rumah ibunya tak ia ketahui. Nur pergi ke rumah ibunya. Tapi, rumah sang ibu sudah nihil. Pun sanak saudara yang berkumpul di sana. Saat itu, ia hanya menemukan kaca mata kesayangan milik ayahnya, dan juga Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik ibunya. "Sampai sekarang, saya simpan," ujar dia.
 
Pencarian keluarga, terutama ibu, dilakukan Nur hingga tiga bulan pascakejadian. Tiap sudut ia datangi, namun tak jua sang ibu ia temukan. Hingga kini upaya Nur tak berbuah hasil.
 
Sepuluh tahun berlalu, Ibu dua anak itu masih terus berusaha meyakinkan diri agar tetap tegar. Melupakan masa lalu yang sungguh tragis, meski kesedihan tak pernah seluruhnya habis.
 
Nur pun meneguhkan diri untuk bangkit. Memulai langkah hidup baru. "Mau saya menjerit, ibu saya enggak akan pernah kembali. Saya harus bangkit. Kalau saya sedih terus, enggak bagus juga," tukas dia.
 
Perempuan itu kini terbilang sukses. Dia menjadi pengusaha guest house bagi para pelancong yang melanglang buana di Tanah Rencong. Hebatnya, Nur yang mendapatkan penghargaan dari TripAdvisor, situs yang mengelola konten pariwisata terkenal asal Amerika.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(JCO)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan