Gunungkidul: Masih banyak masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang belum memiliki jamban. Bahkan ada dusun di perbatasan Gunungkidul yang kurang dari setengah jumlah warganya yang tidak memiliki jamban.
Misalnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari. Warga di desa tersebut sekitar 51 persen berkategori miskin. Situasi kemiskinan itu salah satunya berimbas pada belum dimilikinya sistem sanitasi yang baik.
"Menurut data masih 200 orang yang belum memiliki jamban sehat masih jamban cemplung," kata Kepala Desa Tegalrejo, Sarjono, di Gunungkidul, Senin, 19 September 2022.
Sarjono mengatakan ada sekitar 28 ribu kepala keluarga (KK) tinggal di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jumlah penduduk itu tersebar di 11 padukuhan.
Dia menyebut setidaknya ada 128 warga yang belum memiliki jamban. Ia mengatakan warga miskin yang belum memiliki jamban akan diintervensi pemerintah.
Pemerintah setempat mulai memberikan jamban untuk 128 warga. Warga yang memperoleh bantuan itu selama ini memakai kakus untuk buang hajat.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Diah Prasetyo Rini, mengatakan bantuan jamban diharapkan bisa menjadi bagian dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat. Harapannya, kata dia masyarakat akan lebih terjaga kesehatannya dengan kepemilikan jamban yang layak.
"Penerima bantuan ini adalah masyarakat yang benar belum mempunyai jamban yang sehat. Mereka masih menggunakan jamban cemplung," ungkapnya.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, menambahkan bantuan untuk masyarakat miskin untuk pembuatan jamban itu senilai Rp3 juta. Nilai itu dibagi atas bantuan material senilai Rp2,5 juta dan uang tunai Rp500 ribu. Ia menyatakan nominal itu harus benar-benar direalisasikan sesuai peruntukan.
"Bantuan yang diberikan harus digunakan dengan baik. Yang bapak-bapak jangan malah diberikan rokok atau kebutuhan yang lain. Tolong diperhatikan masalah perencanaan," ucapnya.
Ia mengatakan persoalan kesehatan ini sangat erat kaitannya dengan berbagai hal, termasuk stunting. Ia menyebut ada 115 kasus stunting di Desa Tegalrejo. Sunaryanta berharap bantuan untuk membuat jamban bisa berkorelasi dengan upaya penurunan kasus stunting.
Gunungkidul: Masih banyak masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), yang belum memiliki
jamban. Bahkan ada dusun di perbatasan Gunungkidul yang kurang dari setengah jumlah warganya yang tidak memiliki jamban.
Misalnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari. Warga di desa tersebut sekitar 51 persen berkategori
miskin. Situasi kemiskinan itu salah satunya berimbas pada belum dimilikinya sistem sanitasi yang baik.
"Menurut data masih 200 orang yang belum memiliki jamban sehat masih jamban cemplung," kata Kepala Desa Tegalrejo, Sarjono, di Gunungkidul, Senin, 19 September 2022.
Sarjono mengatakan ada sekitar 28 ribu kepala keluarga (KK) tinggal di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jumlah penduduk itu tersebar di 11 padukuhan.
Dia menyebut setidaknya ada 128 warga yang belum memiliki jamban. Ia mengatakan warga miskin yang belum memiliki jamban akan diintervensi pemerintah.
Pemerintah setempat mulai memberikan jamban untuk 128 warga. Warga yang memperoleh bantuan itu selama ini memakai kakus untuk buang hajat.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Diah Prasetyo Rini, mengatakan bantuan jamban diharapkan bisa menjadi bagian dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat. Harapannya, kata dia masyarakat akan lebih terjaga kesehatannya dengan kepemilikan jamban yang layak.
"Penerima bantuan ini adalah masyarakat yang benar belum mempunyai jamban yang sehat. Mereka masih menggunakan jamban cemplung," ungkapnya.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, menambahkan bantuan untuk masyarakat miskin untuk pembuatan jamban itu senilai Rp3 juta. Nilai itu dibagi atas bantuan material senilai Rp2,5 juta dan uang tunai Rp500 ribu. Ia menyatakan nominal itu harus benar-benar direalisasikan sesuai peruntukan.
"Bantuan yang diberikan harus digunakan dengan baik. Yang bapak-bapak jangan malah diberikan rokok atau kebutuhan yang lain. Tolong diperhatikan masalah perencanaan," ucapnya.
Ia mengatakan persoalan kesehatan ini sangat erat kaitannya dengan berbagai hal, termasuk stunting. Ia menyebut ada 115 kasus stunting di Desa Tegalrejo. Sunaryanta berharap bantuan untuk membuat jamban bisa berkorelasi dengan upaya penurunan kasus stunting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)