Yogyakarta: Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Hargo Utomo, mengatakan minat publik untuk memiliki alat deteksi covid-19, GeNose C19, cukup tinggi. Namun, tak semua orang bisa membelinya alih-alih akan diseleksi.
“Kami siapkan form pemesanan untuk diseleksi. Pemesanan ini untuk kepentingan apa, unit kerja, atau dijual kembali,” kata Hargo, di Yogyakarta, Kamis, 4 Februari 2021.
Ia mengatakan, pihaknya akan mendahulukan pemesanan dari institusi yang melayani kepentingan publik. Pemesan untuk kepentingan individu maupun kepentingan ekonomi tak akan dilayani.
Menurut Hargo, alat tersebut masih diproduksi terbatas. GeNose akan diproduksi sebanyak 5.000 unit selama Februari. Kemudian pada Maret, produksi ditaksir mencapai 10 unit dan nantinya akan ada produksi sebanyak 40 ribu unit.
“Alat yang sudah diproduksi baru terbatas. Baru diterapkan untuk layanan publik, khususnya kementerian, termasuk Kementerian Perhubungan,” kata dia.
Baca juga: BPBD: Banjir di Pasuruan Karena Penurunan Tanah
Ia melanjutkan, Kementerian Perhubungan menjadi institusi layanan publik pertama yang memesan dan telah menggunakan alat ini, yakni di sektor transportasi kereta api. Institusi ini juga akan mengedukasi publik melakukan screening covid-19 memakai GeNose.
Hargo menyebutkan sebanyak tiga distributor akan bermitra menjual GeNose. Saat ini, kata dia, masih tahap seleksi.
“Dengan ini mudah-mudahan bisa memenuhi kebutuhan publik,” ungkapnya.
Hargo mengingatkan publik tak memercayai situs jual beli daring yang memasarkan GeNose. Ia menyebut ada situs jual beli daring yang menawarkan GeNose dengan harga kisaran Rp70 juta hingga Rp90 juta per unit. Sementara, harga eceran tertinggi GeNose ditetapkan sekitar Rp62 juta dan belum termasuk pajak.
“GeNose sebagai opsi alat screening. Masyarakat memiliki opsi lebih, khususnya calon penumpang untuk memilih tes covid-19, bisa antigen atau GeNose. Bukan menggantikan alat lain yang ada, tapi tambahan pilihan,” jelas dia.
Yogyakarta: Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Hargo Utomo, mengatakan minat publik untuk memiliki alat deteksi covid-19,
GeNose C19, cukup tinggi. Namun, tak semua orang bisa membelinya alih-alih akan diseleksi.
“Kami siapkan form pemesanan untuk diseleksi. Pemesanan ini untuk kepentingan apa, unit kerja, atau dijual kembali,” kata Hargo, di Yogyakarta, Kamis, 4 Februari 2021.
Ia mengatakan, pihaknya akan mendahulukan pemesanan dari institusi yang melayani kepentingan publik. Pemesan untuk kepentingan individu maupun kepentingan ekonomi tak akan dilayani.
Menurut Hargo, alat tersebut masih diproduksi terbatas. GeNose akan diproduksi sebanyak 5.000 unit selama Februari. Kemudian pada Maret, produksi ditaksir mencapai 10 unit dan nantinya akan ada produksi sebanyak 40 ribu unit.
“Alat yang sudah diproduksi baru terbatas. Baru diterapkan untuk layanan publik, khususnya kementerian, termasuk Kementerian Perhubungan,” kata dia.
Baca juga:
BPBD: Banjir di Pasuruan Karena Penurunan Tanah
Ia melanjutkan, Kementerian Perhubungan menjadi institusi layanan publik pertama yang memesan dan telah menggunakan alat ini, yakni di sektor transportasi kereta api. Institusi ini juga akan mengedukasi publik melakukan screening covid-19 memakai GeNose.
Hargo menyebutkan sebanyak tiga distributor akan bermitra menjual GeNose. Saat ini, kata dia, masih tahap seleksi.
“Dengan ini mudah-mudahan bisa memenuhi kebutuhan publik,” ungkapnya.
Hargo mengingatkan publik tak memercayai situs jual beli daring yang memasarkan GeNose. Ia menyebut ada situs jual beli daring yang menawarkan GeNose dengan harga kisaran Rp70 juta hingga Rp90 juta per unit. Sementara, harga eceran tertinggi GeNose ditetapkan sekitar Rp62 juta dan belum termasuk pajak.
“GeNose sebagai opsi alat screening. Masyarakat memiliki opsi lebih, khususnya calon penumpang untuk memilih tes covid-19, bisa antigen atau GeNose. Bukan menggantikan alat lain yang ada, tapi tambahan pilihan,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)