medcom.id, Banda Aceh: Belum hilang dari ingatan kita, saat bencana tsunami menerjang Aceh 10 tahun lalu. Saat itu gelombang tsunami memporakporandakan kota yang berjuluk Serambi Mekah ini.
Salah satu saksi bisu yang saat ini masih dipertahankan keasliannya, yaitu Kapal PLTD Apung. Pasca-tsunami, kapal itu menjadi menjadi perhatian, tidak hanya dari masyarakat Aceh tetapi juga hingga mancanegara. Kapal berbobot 2.600 ton ini terseret ke daratan sejauh 5 kilometer dari lokasi tambatannya di kawasan Pantai Ulhe Lheu, Banda Aceh.
10 tahun telah berlalu, dibalik keganasan tsunami, saat ini mulai ada rasa manis yang dapat dirasakan. Salah satunya pedagang cendera mata Hendra (39), di kios yang berukuran sedang, dia mengaku mampu meraup untung hingga Rp15 juta per harinya, dari penjualan pernak-pernik khas Aceh.
"Biasanya weekend meningkat minimal Rp500 ribu, bahkan bisa Rp15 juta kalau musim liburan seperti tahun baru dan Natal ini," ujar Hendra sambil memperlihatkan barang dagangannya di Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Rabu (24/12/2014).
Di dalam kiosnya, ada ratusan pernak-pernik khas Aceh yang dijajakan kepada para wisatawan lokal maupun mancanegara. Tas, dompet warna-warni bermotif rajutan khas Aceh, serta senjata tradisional khas Aceh yakni rencong, adalah sebagian barang yang paling laris diburu pembeli.
Biasanya senjata asal Aceh ini dibungkus sebuah sarung yang berbahan kayu, gading, tanduk, dan bahkan emas atau perak.
Sebelumnya 26 Desember 2004, tsunami menyapu pesisir Samudera Hindia dan menewaskan 230 ribu jiwa, sementara, ribuan rumah dan bangunan lainnya hampir rata dengan tanah.
medcom.id, Banda Aceh: Belum hilang dari ingatan kita, saat bencana tsunami menerjang Aceh 10 tahun lalu. Saat itu gelombang tsunami memporakporandakan kota yang berjuluk Serambi Mekah ini.
Salah satu saksi bisu yang saat ini masih dipertahankan keasliannya, yaitu Kapal PLTD Apung. Pasca-tsunami, kapal itu menjadi menjadi perhatian, tidak hanya dari masyarakat Aceh tetapi juga hingga mancanegara. Kapal berbobot 2.600 ton ini terseret ke daratan sejauh 5 kilometer dari lokasi tambatannya di kawasan Pantai Ulhe Lheu, Banda Aceh.
10 tahun telah berlalu, dibalik keganasan tsunami, saat ini mulai ada rasa manis yang dapat dirasakan. Salah satunya pedagang cendera mata Hendra (39), di kios yang berukuran sedang, dia mengaku mampu meraup untung hingga Rp15 juta per harinya, dari penjualan pernak-pernik khas Aceh.
"Biasanya
weekend meningkat minimal Rp500 ribu, bahkan bisa Rp15 juta kalau musim liburan seperti tahun baru dan Natal ini," ujar Hendra sambil memperlihatkan barang dagangannya di Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Rabu (24/12/2014).
Di dalam kiosnya, ada ratusan pernak-pernik khas Aceh yang dijajakan kepada para wisatawan lokal maupun mancanegara. Tas, dompet warna-warni bermotif rajutan khas Aceh, serta senjata tradisional khas Aceh yakni rencong, adalah sebagian barang yang paling laris diburu pembeli.
Biasanya senjata asal Aceh ini dibungkus sebuah sarung yang berbahan kayu, gading, tanduk, dan bahkan emas atau perak.
Sebelumnya 26 Desember 2004, tsunami menyapu pesisir Samudera Hindia dan menewaskan 230 ribu jiwa, sementara, ribuan rumah dan bangunan lainnya hampir rata dengan tanah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)