Erupsi Gunung Merapi/AFP PHOTO/Devi Rahman
Erupsi Gunung Merapi/AFP PHOTO/Devi Rahman

Ribuan Mamalia di Lereng Gunung Merapi Terancam

Ahmad Mustaqim • 14 Maret 2023 21:50
Yogyakarta: Ribuan ekor mamalia yang hidup di lereng Gunung Merapi terancam keselamatannya. Pemerintah perlu mengambil langkah untuk menyelamatkan mamalia yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
 
Persoalan satwa itu terungkap dari hasil penelitian disertasi mahasiswa program studi doktor Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan UGM, Nurpana Sulaksono. Salah satu poin penelitian menyebut alam jadi aktor lain bagi keberadaan mamalia tersebut. 
 
"Selain alam, mamalia liar itu juga terancam dari aktivitas manusia, seperti perumputan, penambangan dan wisata," kata Nurpana dalam keterangan tertulis, Selasa, 14 Maret 2023. 

Ia menyebutkan ada sebanyak 12 jenis hewan mamalia berukuran besar hingga sedang yang tinggal di area TNGM. Mereka di antaranaya monyet, kijang, landak,  garangan, lutung, babi hutan, trenggiling, kucing hutan, lutung, biul, rase, dan tupai terbang. Nurpana mengungkap data itu dengan proses pemasangan kamera tersembunyi. 
 
"Yang paling banyak itu adalah monyet ekor panjang, kijang, landak dan luwak," kata dia. 
 
Baca: Pemkab Sleman Siapkan Skenario Antisipasi Erupsi Merapi Skala Besar

Nurpana menyebutkan habitat paling luas yakni kucing hutan yang menempati area seluas 5.000 hektare, baik di dalam maupun luar TNGM. Kemudian diikuti luwak 4.700 hektare, dan kijang menempati area 3.000 hektare baik, di luar maupun di dalam kawasan TNGM.
 
Dalam penelitian disertasi berjudul 'Respon Mamalia Darat Ukuran Sedang-Besar pada Berbagai Tipe Gangguan di Lanskap Taman Nasional Gunung Merapi' itu, Nurpana mengatakan mamalia dengan ukuran sedang dan besar, seperti monyet dan lutung atau kijang cenderung menghindar dan menjauhi area yang dekat dengan gangguan baik permukiman maupun penambangan. 
 
"Mamalia satwa itu juga akan menjauh jika ada ancaman dari aktivitas manusia," ujarnya. 
 
Namun demikian, ia melanjutkan, kondisi habitat kijang saat ini terjadi fragmentasi akibat erupsi dan adanya aktivitas pemukiman penduduk. Lokasi habitat tersebut berada di Utara dan Selatan gunung Merapi.
 
"Antara wilayah utara dan selatan terputus yang akan memberikan dampak pada pelestarian area yang seharusnya populasinya bisa terhubung," jelasnya. 
 
Dari hasil penelitian ini, Nurpana rekomendasi tindakan pengukuran kondisi mamalia secara aktif dan berkelanjutan untuk mengetahui dinamika serta perkembangan jumlah populasi, termasuk habitatnya. Ia juga menyebut diperlukan pengaturan waktu aktivitas pengambilan rumput oleh masyarakat. 
 
"Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia," ujarnya.
 
Ia juga menyoroti masih adanya tindakan perburuan. Untuk mengatasi hal itu perlu pengamanan kawasan untuk mencegah aksi perburuan, melakukan pengaturan, dan penertiban terhadap aktivitas penggalian batu dan pasir untuk mencegah terjadinya fragmentasi habitat. 
 
"Pegambilan material batu dan pasir yang tidak terkendali bisa menyebabkan terputusnya konektivitas antarhabitat," ujarnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan