Jabar: Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Barat memperkirakan pertanian di Jawa Barat tidak terlalu terdampak potensi kekeringan akibat adanya fenomena El Nino.
Kepala BSIP Jawa Barat Rustan Massinai mengatakan daerah Jawa Barat memiliki banyak sumber air, di antaranya sumber air dari pegunungan, sejumlah bendungan, mata air, hingga sumur bor, yang bisa dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian.
"Sehingga untuk mengatasi kekeringan ini, bisa mengupayakan ketersediaan air dari berbagai sumber tadi, bukan hanya berharap dari hujan," kata Rustan di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 20 Juli 2023.
Dia menyebutkan sejumlah waduk seperti Waduk Jatiluhur hingga Waduk Jatigede sangat berperan penting untuk menopang aktivitas pertanian di sekitarnya. Karena sejauh ini waduk-waduk di Jawa Barat belum mengalami air surut atau kering.
Di samping itu, wilayah-wilayah yang berada di sekitar pegunungan pun sumber airnya sejauh ini cukup terjamin. Sehingga petani-petani di wilayah tersebut optimistis untuk kembali menanam padi walaupun telah melewati musim panen.
"Nah makanya tadi kami lihat banyak yang mengatakan El Nino ini adalah sesuatu yang berlebihan. Bahkan petani itu ngomong gini, mau El Nino atau mau apa, kami tetap tanam," katanya.
Rustan mengatakan saat ini ketersediaan beras di Jawa Barat, surplus, di atas 700 ribu ton. Sehingga dia yakin sektor pangan di Jawa Barat masih aman walau ada potensi kekeringan.
"Mudah-mudahan tidak terlalu terdampak oleh kekeringan yang mungkin katanya sampai akhir tahun, semoga Jawa Barat bisa tahan seterusnya," kata dia.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebutkan potensi fenomena El Nino itu sudah disampaikan kepada pemerintah sejak awal Februari 2023. El Nino itu berdampak pada turunnya curah hujan hingga menyebabkan kekeringan.
Walaupun masih dalam taraf potensi yang belum tentu terjadi, namun menurutnya informasi potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini.
"Lebih baik disampaikan sejak awal, dibandingkan kami menunggu kepastian hadirnya fenomena itu dan terlambat. Jadi informasi iklim itu selalu mengandung ketidakpastian, tapi hal itu harus disampaikan untuk kesiapsiagaan," kata Ardhasena.
Jabar: Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP)
Jawa Barat memperkirakan pertanian di Jawa Barat tidak terlalu terdampak potensi kekeringan akibat adanya fenomena
El Nino.
Kepala BSIP Jawa Barat Rustan Massinai mengatakan daerah Jawa Barat memiliki banyak sumber air, di antaranya sumber air dari pegunungan, sejumlah bendungan, mata air, hingga sumur bor, yang bisa dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian.
"Sehingga untuk mengatasi kekeringan ini, bisa mengupayakan ketersediaan air dari berbagai sumber tadi, bukan hanya berharap dari hujan," kata Rustan di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 20 Juli 2023.
Dia menyebutkan sejumlah waduk seperti Waduk Jatiluhur hingga Waduk Jatigede sangat berperan penting untuk menopang aktivitas pertanian di sekitarnya. Karena sejauh ini waduk-waduk di Jawa Barat belum mengalami air surut atau kering.
Di samping itu, wilayah-wilayah yang berada di sekitar pegunungan pun sumber airnya sejauh ini cukup terjamin. Sehingga petani-petani di wilayah tersebut optimistis untuk kembali menanam padi walaupun telah melewati musim panen.
"Nah makanya tadi kami lihat banyak yang mengatakan El Nino ini adalah sesuatu yang berlebihan. Bahkan petani itu ngomong gini, mau El Nino atau mau apa, kami tetap tanam," katanya.
Rustan mengatakan saat ini ketersediaan beras di Jawa Barat, surplus, di atas 700 ribu ton. Sehingga dia yakin sektor pangan di Jawa Barat masih aman walau ada potensi kekeringan.
"Mudah-mudahan tidak terlalu terdampak oleh kekeringan yang mungkin katanya sampai akhir tahun, semoga Jawa Barat bisa tahan seterusnya," kata dia.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebutkan potensi fenomena El Nino itu sudah disampaikan kepada pemerintah sejak awal Februari 2023. El Nino itu berdampak pada turunnya curah hujan hingga menyebabkan kekeringan.
Walaupun masih dalam taraf potensi yang belum tentu terjadi, namun menurutnya informasi potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini.
"Lebih baik disampaikan sejak awal, dibandingkan kami menunggu kepastian hadirnya fenomena itu dan terlambat. Jadi informasi iklim itu selalu mengandung ketidakpastian, tapi hal itu harus disampaikan untuk kesiapsiagaan," kata Ardhasena.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)