Ambon: Sebanyak 400 warga Desa Watuwey, Kecamatan Dawera-Dawelor, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, yang terdampak gempa bumi magnitudo 7,9 pada Selasa, 10 Januari 2023, pukul 02.47 WIT masih bertahan di Gunung Erola.
"Dari koordinasi kami dengan camat serta Kepala Desa Watuwey, ternyata ratusan warga ini masih bertahan meskipun BMKG telah mencabut status tsunami beberapa saat pascagempa," kata Kepala Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten MBD James R Likko yang dihubungi dari Ambon, Selasa malam.
Dia mengatakan mereka terdiri atas anak-anak hingga orang tua, tetap bertahan di gunung yang tingginya sekitar 200 meter dari permukaan air laut itu.
Kepala Desa Watuwey Erlely Wardulianus mengatakan seluruh warganya tetap bertahan di pengungsian karena masih trauma dengan kuatnya guncangan gempa serta ancaman tsunami.
Apalagi, wilayah tersebut pernah mengalami gempa bumi dan tsunami pada 1960-an, meskipun guncangan gempa tidak sekuat yang dirasakan hari ini.
"Mereka bertahan seadanya dan untuk saat ini belum ada bantuan darurat dari mana pun, dan ada sekitar empat warga yang mengalami luka ringan dan satu orang menderita luka agak berat," ucapnya.
Namun, dia mengakui Pemerintah Provinsi Maluku saat ini telah mengirim bantuan tanggap darurat, berupa beras, selimut, dan obat-obatan ke Kecamatan Dawera-Dawelor.
"Hanya saja pengiriman bantuan tanggap darurat dari provinsi ini menggunakan kapal perintis yang minimal lima hingga tujuh hari baru tiba di sini," kata dia.
Dia menambahkan pemerintah desa bersama seluruh staf akan melakukan pendataan ulang seluruh warga yang masih bertahan di pengungsian mereka pada Rabu, 11 Januari 2023.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Ambon: Sebanyak 400 warga Desa Watuwey, Kecamatan Dawera-Dawelor, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, yang
terdampak gempa bumi magnitudo 7,9 pada Selasa, 10 Januari 2023, pukul 02.47 WIT masih bertahan di Gunung Erola.
"Dari koordinasi kami dengan camat serta Kepala Desa Watuwey, ternyata ratusan warga ini masih bertahan meskipun BMKG telah mencabut status tsunami beberapa saat pascagempa," kata Kepala Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten MBD James R Likko yang dihubungi dari Ambon, Selasa malam.
Dia mengatakan mereka terdiri atas anak-anak hingga orang tua, tetap bertahan di gunung yang tingginya sekitar 200 meter dari permukaan air laut itu.
Kepala Desa Watuwey Erlely Wardulianus mengatakan
seluruh warganya tetap bertahan di pengungsian karena masih trauma dengan kuatnya guncangan gempa serta ancaman tsunami.
Apalagi, wilayah tersebut pernah mengalami gempa bumi dan tsunami pada 1960-an, meskipun guncangan gempa tidak sekuat yang dirasakan hari ini.
"Mereka bertahan seadanya dan untuk saat ini belum ada bantuan darurat dari mana pun, dan ada sekitar empat warga yang mengalami luka ringan dan satu orang menderita luka agak berat," ucapnya.
Namun, dia mengakui Pemerintah Provinsi Maluku saat ini telah mengirim bantuan tanggap darurat, berupa beras, selimut, dan
obat-obatan ke Kecamatan Dawera-Dawelor.
"Hanya saja pengiriman bantuan tanggap darurat dari provinsi ini menggunakan kapal perintis yang minimal lima hingga tujuh hari baru tiba di sini," kata dia.
Dia menambahkan pemerintah desa bersama seluruh staf akan melakukan pendataan ulang seluruh warga yang masih bertahan di pengungsian mereka pada Rabu, 11 Januari 2023.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)