Anyer: Ketinggian asap letusan Gunung Anak Krakatau ( GAK) di Perairan Selat Sunda, hingga Ahad, 6 Februari 2022, pukul 06.00 WIB, mencapai 1.500 meter dan terjadi penurunan dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai 2.000 meter.
Kepala pos pemantau GAK di Pasauran Anyer Banten, Deni Mardiono, mengatakan saat ini status Anak Krakatau waspada level II, sehingga nelayan maupun pelaku pelayaran tidak boleh mendekati kawah gunung karena bisa membahayakan.
Mereka hanya diperbolehkan dua kilometer dari kawah gunung sehubungan terjadi erupsi hingga letusan tujuh kali dengan ketinggian asap 1.500 meter.
Saat ini, kata dia, ketinggian GAK di Selat Sunda 158 meter dari sebelumnya 338 meter.
Letusan erupsi GAK itu dengan embusan berkisar antara 25 sampai 50 meter juga dengan amplitudo 0,5-42 mm, delapan kali vulkanik dangkal, tujuh kali hembusan dan tujuh kali letusan.
Baca juga: BOR RS di Sumut Rendah Meski Kasus Covid-19 Melonjak
Namun, kata dia, letusan GAK itu tidak terekam mengeluarkan suara dentuman.
"Saya kira letusan erupsi GAK kecil dan merupakan siklus periode empat tahunan," terang dia.
Menurut Deni, kegemparan vulkanik yang memicu peningkatan erupsi letusan GAK sebetulnya sudah terjadi sejak 3 Februari 2022.
Masyarakat diminta waspada dengan mengikuti anjuran yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat.
Selain itu masyarakat juga tidak mudah menerima informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau berita hoaks.
"Kita harus tetap waspada dengan meningkatnya kegemparan vulkanik GAK itu," jelasnya.
Anyer: Ketinggian asap letusan
Gunung Anak Krakatau ( GAK) di Perairan Selat Sunda, hingga Ahad, 6 Februari 2022, pukul 06.00 WIB, mencapai 1.500 meter dan terjadi penurunan dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai 2.000 meter.
Kepala pos pemantau GAK di Pasauran Anyer Banten, Deni Mardiono, mengatakan saat ini status Anak Krakatau waspada level II, sehingga nelayan maupun pelaku pelayaran tidak boleh mendekati kawah gunung karena bisa membahayakan.
Mereka hanya diperbolehkan dua kilometer dari kawah gunung sehubungan terjadi erupsi hingga letusan tujuh kali dengan ketinggian asap 1.500 meter.
Saat ini, kata dia, ketinggian GAK di Selat Sunda 158 meter dari sebelumnya 338 meter.
Letusan erupsi GAK itu dengan embusan berkisar antara 25 sampai 50 meter juga dengan amplitudo 0,5-42 mm, delapan kali vulkanik dangkal, tujuh kali hembusan dan tujuh kali letusan.
Baca juga:
BOR RS di Sumut Rendah Meski Kasus Covid-19 Melonjak
Namun, kata dia, letusan GAK itu tidak terekam mengeluarkan suara dentuman.
"Saya kira letusan erupsi GAK kecil dan merupakan siklus periode empat tahunan," terang dia.
Menurut Deni, kegemparan vulkanik yang memicu peningkatan erupsi letusan GAK sebetulnya sudah terjadi sejak 3 Februari 2022.
Masyarakat diminta waspada dengan mengikuti anjuran yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat.
Selain itu masyarakat juga tidak mudah menerima informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau berita hoaks.
"Kita harus tetap waspada dengan meningkatnya kegemparan vulkanik GAK itu," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)