Ilustrasi perajin tahu dan tempe di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Ilustrasi perajin tahu dan tempe di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Perajin Tahu-Tempe di Malang Pilih Merugi Ketimbang Kehilangan Pelanggan

Daviq Umar Al Faruq • 21 Februari 2022 19:08
Malang: Tingginya harga kedelai membuat sejumlah perajin tahu dan tempe di Kabupaten Malang, Jawa Timur, merugi. Harga kedelai yang mahal membuat mereka nyaris tak mendapat keuntungan.
 
Salah satu perajin tempe di Desa Penarukan, Kecamatan Kepanjen, Satuni, mengatakan, harga kedelai terus meningkat bulan ini. Akibatnya, ia hanya mendapatkan keuntungan penjualan yang sangat tipis. 
 
“Harga kedelai sekarang Rp11 ribu per kilogram. Nah biasanya saya produksi tempe sebanyak 15 kilogram per hari. Itu jadi 15 potong kotak tempe dengan harga Rp10 ribu per potong,” kata Satuni, Senin 21 Februari 2022.

Dari hasil produksi tersebut, Satuni mendapatkan penghasilan Rp150 ribu per 15 kilogran kedelai. Ia pun terpaksa merugi lantaran, penghasilan yang didapat kurang dari biaya modal yang dikeluarkan.
 
"Jadi praktis kita rugi, sebab kebutuhan biaya untuk untuk membeli kedelai sebanyak 15 kilogram Rp165 ribu,” imbuhnya.
 
Di sisi lain, Satuni mengaku tidak berani menaikkan harga tempe yang diproduksinya. Hal itu untuk menjaga pelanggan yang setia dengan produk tempe miliknya.
 
Baca: Perajin Tahu dan Tempe di Jepara Kurangi Produksi
 
“Tidak berani kalau naikkan harga (tempe). Kalau saya naikkan pasti mereka mengeluh, bisa-bisa juga tidak langganan lagi ke saya,” ungkapnya.
 
Perajin tempe lainnya, Kartini juga mengeluhkan tingginya harga kedelai. Sebab, ia juga tidak bisa menaikkan harga tempe buatannya.
 
“Terpaksa untuk menyiasati, agar tetap mendapat keuntungan kami mempercilkan ukuran tempe yang dijual ke pasaran,” kata Kartini. 
 
Kartini menerangkan, bila harga kedelai stabil atau tepatnya berada di harga Rp7 ribu per kilogram, ukuran tempe yang ia jual berukuran 9 sentimeter. Sedangkan, saat harga kedelai naik, ukurannya diperkecil menjadi 7-6,5 sentimter.
 
“Namun, meskipun sudah diperkecil keuntungan kita juga tetap berkurang. Sehari biasanya keuntungan kami kalau harga kedelai normal bisa Rp250 ribu per hari. Kalau sekarang berkurang jadi Rp150 ribu per hari,” jelasnya. 
 
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malang, Agung Purwantoro, mengatakan tingginya harga kedelai saat ini disebabkan menurunnya jumlah impor kedelai. Ia mengaku, kedelai untuk pelaku industri tempe di Indonesia, termasuk di Kabupaten Malang, mayoritas berasal dari Amerika Latin dan China.
 
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, kedelai di Amerika Latin belum masa panen. Sedangkan kedelai dari China katanya banyak digunakan untuk makanan babi, sehingga membuat volume impor berkurang,” kata Agung. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan