Sejumlah ikan di aliran Sungai Bengawan Solo mati diduga akibat pencemaran, Kamis, 28 November 2019. Dokumentasi/ istimewa
Sejumlah ikan di aliran Sungai Bengawan Solo mati diduga akibat pencemaran, Kamis, 28 November 2019. Dokumentasi/ istimewa

Sungai Bengawan Solo Tercemar Limbah Berbahaya

Nur Soli • 28 November 2019 17:19
Solo: Kondisi air Sungai Bengawan Solo menghitam dan mengeluarkan bau tidak sedap sejak empat bulan terakhir. Warga sekitar merasa khawatir akan dampak pencemaran lingkungan tersebut, apalagi sejak menemukan banyak ikan mati.
 
Sungai yang melintasi provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini kerap dimanfaatkan warga untuk berbagai kegiatan, mulai dari bahan baku air minum hingga budidaya ikan. Fahrul dan Agus, warga kabupaten Blora yang berada di sekitar aliran air Bengawan Solo, menduga pencemaran tersebut berasal dari limbah pabrik tekstil.
 
"Mungkin dari limbah tekstil yang ada di Jawa Tengah limbah. Sudah lama terjadinya, sudah berbulan-bulan ini sudah sering terjadi. Ini mengganggu dari segi kebutuhan air bersih. Kami khawatir ada penyakit kulit," kata Fahrul saat menjaring ikan di kawasan Sungai Bengawan Solo, Kamis, 28 November 2019.

Pencemaran diduga berasal dari limbah pabrik tekstil di wilayah hulu yang dekat dengan pabrik tekstil. Seperti diketahui, Bengawan Solo berhulu di Wonogiri dan Ponorogo Jawa Timur dan mengalir melewati beberapa kota di Jawa Tengah, hingga bermuara di Gresik Jawa Timur.
 
"Kita nggak tahu, mungkin tekstil. Terjadi sudah hampir 4 bulanan. Hampir setiap bulan pasti ada, saya sebagai warga resah", kata Agus di kawasan aliran air Bengawan Solo.
 
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Blora, Dewi Tedjowati, mengatakan hingga kini pemerintah Kabupaten Blora tidak dapat menindak pelaku pencemaran, karena bukan di wilayahnya.
 
"Yang mencemari bukan Blora. Yang di Blora sendiri sudah melakukan sosialisasi dan meminta industri dan rumah tangga di Blora untuk tidak membuang langsung limbahnya ke sungai," kata Dewi di kantor Dinas Lingkungan Hidup Blora.
 
PDAM Tidak Pakai Bengawan Solo
 
Pencemaran juga membuat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amerta Blora menghentikan penggunaan air Bengawan Solo sebagai bahan baku air minum.
 
Berdasarkan uji kandungan air Bengawan Solo yang tercemar limbah didapati kadar warna air mencapai 1.000 True Color Unit (TCU), sehingga tidak layak dan berbahaya untuk dikonsumsi.
 
Jumlah TCU kadar air Bengawan Solo saat ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 32 tahun 2017, tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua dan pemandian umum. Dalam peraturan tersebut, standar kadar warna air yang baik adalah 50 TCU.
 
Kepala Teknis PDAM Blora, Suyitno menyampaikan saat ini pihaknya tidak berani menggunakan air tersebut dan hanya menanti kondisi air membaik.
 
"Kita sudah berusaha, kita menggunakan bahan kimia terbaik dan termahal tidak berhasil, karena warnanya sangat tinggi," kata Suyitno.
 
Suyitno menambahkan uji kandungan air baku dilakukan setiap hari oleh PDAM Tirta Amerta Blora, sebelum air Bengawan Solo digunakan di dalam unit pengolahan air milik PDAM Blora, sebelum didistribusikan ke saluran rumah tangga.
 
Akibat kondisi warna air Bengawan Solo yang tidak sesuai standar, PDAM Tirta Amerta menghentikan sementara operasional pengambilan air baku dari sungai Bengawan Solo, sehingga 12.000 pelanggan tidak mendapatkan aliran air di tiga Kecamatan yakni Kecamatan Cepu, Sambong dan Blora.
 
Sementara Direktur PDAM Tirta Dharma Amerta Blora, Yan Ria Pramono, mengatakan kondisi air Bengawan Solo sebagai air baku PDAM saat ini bewarna kuning kemerahan.
 
"Pemberhentian sementara mulai, sejak Selasa sudah berhenti operasional sampai hari ini nanti," ungkap Yan Ria.
 
Menurut Yan Ria hingga saat ini, tidak ada langkah lain yang dilakukan PDAM Tirta Amerta Blora, karena tidak ada alternatif sumber air baku lainnya. Direktur PDAM Tirta Dharma Amerta Blora, hanya memohon kepada pelanggan PDAM untuk bersabar sampai air baku normal, sehingga dampak kesehatan masyarakat tetap terjamin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan