Cirebon: Tanipah hanya warga biasa. Dia tinggal di Desa Bungko Lor Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tapi berkat kejelian dan bantuan tangan-tangan tak nampak, dia berhasil menjual produk abon ikannya hingga ke luar negeri.
Abon ikan itu kini bisa dinikmati warga Hong Kong dan Bahrain. Memanfaatkan potensi desanya, Tanipah tak kalah cerdik dalam memasarkan produknya.
Sejak produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dibina PT Pertamina, akalnya terus berkelana. Berbekal pengalaman menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong dan Bahrain, Tanipah menggandeng rekan-rekannya yang masih di luar negeri.
"Teman-teman saya masih banyak di luar negeri. Terutama di Hongkong. Saya sempat 6,5 tahun di sana," kata Tanipah, Jumat, 12 November 2021.
Usai dilatih membuat olahan dari hasil laut oleh Pertamina pada 2018 lalu, Tanipah memulai usahanya dengan membuat abon bandeng, abon tuna, kerupuk bandeng, dan kerupuk udang. Abon bandeng dan tuna merupakan produk yang paling sering dikirim ke luar negeri.
Produk olahan abon ikan milik mantan TKW asal Cirebon Tanipah
Walaupun pengirimannya tidak begitu besar, namun ia bersyukur produknya tersebut bisa sampai dijual ke luar negeri. Biasanya, rekan-rekan Tanipah memesan abon, rata-rata 2 kilogram setiap kali pesan.
"Nanti mereka di sana dijual lagi," kata Tanipah.
Baca: UMKM Lombok Siap Kejar Omzet di World Superbike
Tanipah mengaku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu binaan Pertamina. Karena menurutnya, dampingan yang diberikan sangat maksimal. Terbukti dari produk yang ia hasilkan terus mengalami perkembangan.
Seperti misalnya kemasan produk. Dari sebelumnya hanya plastik biasa, kini kemasan produk milik Tanipah sudah sangat berkelas. Sehingga cukup wajar jika olahan UMKM ini sudah masuk ke sejumlah toko oleh-oleh dan swalayan di Cirebon.
"Alhamdulillah, sudah masuk toko oleh-oleh dan swalayan di Cirebon. Jadi, produk kita itu dijual mulai dari warung, swalayan, sampai luar negeri," kata Tanipah.
Tanipah menyebutkan, untuk saat ini, produk yang paling laris dijual adalah kerupuk. Karena ia menjual dari harga yang paling murah sekitar Rp2.000 hingga kemasan yang lebih besar.
Dalam satu bulan, rata-rata ia bisa menjual hingga 1 kuintal kerupuk hasil laut buatannya. Jika orderan sedang membeludak, Tanipah juga mengajak tetangganya ikut bergabung.
"Di UMKM kami pengurusnya ada tiga orang. Tapi kalau lagi banyak orderan, kami juga mengajak warga sekitar," kata Tanipah.
Ia berharap usahanya ini terus bisa berkembang dan bisa memiliki pangsa pasar yang lebih luas lagi.
Officer Communication Relations Regional 2 Pertamina Subholding Upstream, Asep M Abioga Sr, mengatakan pihaknya hanya mendorong warga sekitar untuk bisa memanfaatkan potensi yang ada dengan baik. Ia melihat para nelayan kadang merasakan masa paceklik, sehingga tidak bisa mengasilkan pendapatan.
"Sehingga kami ajak ibu-ibu agar memanfaatkan hasil laut untuk dijadikan produk yang berkualitas dan bisa bertahan lebih lama," kata Asep.
Selain untuk meningkatkan kesejehateraan keluarga, program ini juga nantinya diharapkan bisa membuat para ibu untuk tidak melulu harus ke luar negeri untuk mencari rezeki.
Ia melihat wilayah di sekitar Desa Bungko Lor sangat banyak yang berprofesi sebagai buruh migran Indonesia. Demi meningkatkan kesejahteraan keluarganya, mereka harus mencari rezeki di luar negeri.
"Namun sayangnya, harus meninggalkan anaknya di desa," kata Asep.
Jauhnya orang tua dari anak, ujar Asep, cukup berpengaruh terhadap perkembangan anaknya ke depan.
Dengan adanya usaha olahan makanan ini, Asep mengatakan, ada pilihan selain harus mencari nafkah ke luar negeri. Peluang usaha baru ini diharapkan bisa membuat banyak warga bertahan di kampungnya.
"Sehingga anak-anaknya bisa didampingi dengan baik," kata Asep.
Cirebon: Tanipah hanya warga biasa. Dia tinggal di Desa Bungko Lor Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tapi berkat kejelian dan bantuan tangan-tangan tak nampak, dia berhasil menjual produk abon ikannya hingga ke luar negeri.
Abon ikan itu kini bisa dinikmati warga Hong Kong dan Bahrain. Memanfaatkan potensi desanya, Tanipah tak kalah cerdik dalam memasarkan produknya.
Sejak produk usaha mikro, kecil, dan menengah (
UMKM) dibina PT Pertamina, akalnya terus berkelana. Berbekal pengalaman menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong dan Bahrain, Tanipah menggandeng rekan-rekannya yang masih di luar negeri.
"Teman-teman saya masih banyak di luar negeri. Terutama di Hongkong. Saya sempat 6,5 tahun di sana," kata Tanipah, Jumat, 12 November 2021.
Usai dilatih membuat olahan dari hasil laut oleh Pertamina pada 2018 lalu, Tanipah memulai usahanya dengan membuat abon bandeng, abon tuna, kerupuk bandeng, dan kerupuk udang. Abon bandeng dan tuna merupakan produk yang paling sering dikirim ke luar negeri.
Produk olahan abon ikan milik mantan TKW asal Cirebon Tanipah
Walaupun pengirimannya tidak begitu besar, namun ia bersyukur produknya tersebut bisa sampai dijual ke luar negeri. Biasanya, rekan-rekan Tanipah memesan abon, rata-rata 2 kilogram setiap kali pesan.
"Nanti mereka di sana dijual lagi," kata Tanipah.
Baca: UMKM Lombok Siap Kejar Omzet di World Superbike
Tanipah mengaku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu binaan Pertamina. Karena menurutnya, dampingan yang diberikan sangat maksimal. Terbukti dari produk yang ia hasilkan terus mengalami perkembangan.
Seperti misalnya kemasan produk. Dari sebelumnya hanya plastik biasa, kini kemasan produk milik Tanipah sudah sangat berkelas. Sehingga cukup wajar jika olahan
UMKM ini sudah masuk ke sejumlah toko oleh-oleh dan swalayan di Cirebon.
"Alhamdulillah, sudah masuk toko oleh-oleh dan swalayan di Cirebon. Jadi, produk kita itu dijual mulai dari warung, swalayan, sampai luar negeri," kata Tanipah.
Tanipah menyebutkan, untuk saat ini, produk yang paling laris dijual adalah kerupuk. Karena ia menjual dari harga yang paling murah sekitar Rp2.000 hingga kemasan yang lebih besar.
Dalam satu bulan, rata-rata ia bisa menjual hingga 1 kuintal kerupuk hasil laut buatannya. Jika orderan sedang membeludak, Tanipah juga mengajak tetangganya ikut bergabung.
"Di UMKM kami pengurusnya ada tiga orang. Tapi kalau lagi banyak orderan, kami juga mengajak warga sekitar," kata Tanipah.
Ia berharap usahanya ini terus bisa berkembang dan bisa memiliki pangsa pasar yang lebih luas lagi.
Officer Communication Relations Regional 2 Pertamina Subholding Upstream, Asep M Abioga Sr, mengatakan pihaknya hanya mendorong warga sekitar untuk bisa memanfaatkan potensi yang ada dengan baik. Ia melihat para nelayan kadang merasakan masa paceklik, sehingga tidak bisa mengasilkan pendapatan.
"Sehingga kami ajak ibu-ibu agar memanfaatkan hasil laut untuk dijadikan produk yang berkualitas dan bisa bertahan lebih lama," kata Asep.
Selain untuk meningkatkan kesejehateraan keluarga, program ini juga nantinya diharapkan bisa membuat para ibu untuk tidak melulu harus ke luar negeri untuk mencari rezeki.
Ia melihat wilayah di sekitar Desa Bungko Lor sangat banyak yang berprofesi sebagai buruh migran Indonesia. Demi meningkatkan kesejahteraan keluarganya, mereka harus mencari rezeki di luar negeri.
"Namun sayangnya, harus meninggalkan anaknya di desa," kata Asep.
Jauhnya orang tua dari anak, ujar Asep, cukup berpengaruh terhadap perkembangan anaknya ke depan.
Dengan adanya usaha olahan makanan ini, Asep mengatakan, ada pilihan selain harus mencari nafkah ke luar negeri. Peluang usaha baru ini diharapkan bisa membuat banyak warga bertahan di kampungnya.
"Sehingga anak-anaknya bisa didampingi dengan baik," kata Asep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)