Jepara: Setelah dua tahun berhenti karena Covid-19, tradisi Perang Obor warga Tegal Sambi, Jepara, Jawa Tengah kembali digelar. Tradisi Perang Obor tahun ini disambut dengan antusiasme warga yang tinggi.
Sudah menjadi bagian dari tradisi Sedekah Bumi warga Desa Tegal Sambi, Jepara, Jawa Tengah yang digelar setiap tahun, tradisi ini selalu meriah dan menjadi pusat perhatian ribuan warga.
“Sekarang acara kami meriah sekali, karena ini adalah adat dari Desa Tegal Sambi yang sudah dua tahun tidak pernah diadakan,” ujar salah satu peserta Perang Obor Andi Fakhrudin dalam tayangan Newsline di Metro TV pada Selasa, 21 Juni 2022.
Pada zaman dahulu, tradisi Perang Obor dipercaya sebagai ritual untuk menghilangkan penyakit hewan ternak yang mewabah. Bermula dari wabah penyakit yang menyerang ternak milik warga setempat, namun wabah tersebut hilang setelah warga saling pukul dengan pelepah kelapa dan daun pisang yang dibakar.
Tampak para peserta bersenjatakan pelepah daun pisang dan pelepah kelapa kering. Tanpa pilih lawan, mereka saling memukulkan api ke badan atau peserta lain. Sebelum pertandingan mereka melindungi badan dengan balutan kain dan caping, sehingga dapat terhindar dari luka bakar serius.
Para penonton yang memadati tepian jalan terus bersorak selama pertandingan, kemeriahan ini terlihat jelas meskipun mereka harus menahan percikan api yang panas.
Usai Perang Obor, para peserta yang mengalami luka bakar akan mengoleskan tubuh mereka dengan ramuan obat tradisional dari campuran minyak kelapa dan bunga mawar.
“Tujuan dari acara ini untuk mengingat selalu dan melestarikan budaya khas Desa Tegal Sambi, sehingga sampai kapan pun tradisi ini menjadi ikon desa kami,” ujar Kepala Desa Tegal Sambi Agus Santoso. (Leres Anbara)
Jepara: Setelah dua tahun berhenti karena
Covid-19, tradisi
Perang Obor warga Tegal Sambi, Jepara, Jawa Tengah kembali digelar. Tradisi Perang Obor tahun ini disambut dengan antusiasme warga yang tinggi.
Sudah menjadi bagian dari tradisi Sedekah Bumi warga Desa Tegal Sambi, Jepara, Jawa Tengah yang digelar setiap tahun, tradisi ini selalu meriah dan menjadi pusat perhatian ribuan warga.
“Sekarang acara kami meriah sekali, karena ini adalah adat dari Desa Tegal Sambi yang sudah dua tahun tidak pernah diadakan,” ujar salah satu peserta Perang Obor Andi Fakhrudin dalam tayangan Newsline di Metro TV pada Selasa, 21 Juni 2022.
Pada zaman dahulu, tradisi Perang Obor dipercaya sebagai ritual untuk menghilangkan penyakit hewan ternak yang mewabah. Bermula dari wabah penyakit yang menyerang ternak milik warga setempat, namun wabah tersebut hilang setelah warga saling pukul dengan pelepah kelapa dan daun pisang yang dibakar.
Tampak para peserta bersenjatakan pelepah daun pisang dan pelepah kelapa kering. Tanpa pilih lawan, mereka saling memukulkan api ke badan atau peserta lain. Sebelum pertandingan mereka melindungi badan dengan balutan kain dan caping, sehingga dapat terhindar dari luka bakar serius.
Para penonton yang memadati tepian jalan terus bersorak selama pertandingan, kemeriahan ini terlihat jelas meskipun mereka harus menahan percikan api yang panas.
Usai Perang Obor, para peserta yang mengalami luka bakar akan mengoleskan tubuh mereka dengan ramuan obat tradisional dari campuran minyak kelapa dan bunga mawar.
“Tujuan dari acara ini untuk mengingat selalu dan melestarikan budaya khas Desa Tegal Sambi, sehingga sampai kapan pun tradisi ini menjadi ikon desa kami,” ujar Kepala Desa Tegal Sambi Agus Santoso. (
Leres Anbara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)