medcom.id, Banyumas: Kemacetan di jalur tengah antara pantura ke jalur selatan
di Banyumas, Jawa Tengah, kian parah. Sopir, pengusaha angkutan dan warga setempat mengeluh karena harus mengeluarkan biaya berlipat akibat kemacetan.
Berdasarkan pemantauan Media Indonesia, Senin (11/8/2014), jalur tengah antara perbatasan Brebes-Banyumas, Pekuncen, Ajibarang hingga ke Wangon, Banyumas, masih mengalami kemacetan. Masalahnya sama, yakni melonjaknya jumlah kendaraan berat yang lewat di jalan yang hanya selebar 6-7 meter tersebut.
Seorang sopir truk, Agus, 45, mengungkapkan dari Prupuk, Tegal, jam 19.00 WIB ternyata sampai di Ajibarang pukul 08.00 WIB. Padahal, dalam kondisi normal, waktu tempuh Prupuk-Ajibarang hanya antara 2-3 jam. "Kendaraan hanya dapat berjalan merayap. Kecepatan maksimal 20 km/jam. Hal itu karena kepadatan arus kendaraan yang lewat. Apalagi, kalau berpapasan dengan truk lainnya harus berhati-hati," jelas Agus.
Organisasi Angkutan Darat Banyumas meminta pemerintah mencari solusi kemacetan di jalur tengah akibat belum normalnya Jembatan Comal. "Organda telah menerima keluhan dari anggota, kalau biaya operasional membengkak. Dengan kemacetan yang terjadi di jalur tengah, maka biaya untuk BBM melonjak drastis," ujar Heru dari Organda Banyumas.
Menurut Heru, jalan yang sebetulnya hanya untuk kendaraan dengan tonase 10 ton itu kini dilewati truk tronton, kontainer dan truk gandeng yang bobotnya lebih dari 10 ton. "Jalan yang lebarnya hanya 6-7 meter juga menambah sulitnya kendaraan berjalan kencang. Apalagi, sepeda motor juga harus melalui bahu jalan di sebelah aspal," kata Heru.
Angkutan lokal seperti angkutan pedesaan dan mikrobus tidak beroperasi. Akibatnya, banyak warga, misalnya, anak sekolah dan pedagang harus jalan kaki dan naik ojek. "Kalau naik angkutan tidak lebih Rp5 ribu sekali jalan. Karena naik ojek, biaya ke pasar mencapai Rp20 ribu. Itu anak-anak sekolah juga banyak yang jalan kaki, karena tidak ada angkutan pedesaan yang beroperasi," kkata Yanti, 51, warga Tumiyang, Kecamatan Pekuncen.
medcom.id, Banyumas: Kemacetan di jalur tengah antara pantura ke jalur selatan
di Banyumas, Jawa Tengah, kian parah. Sopir, pengusaha angkutan dan warga setempat mengeluh karena harus mengeluarkan biaya berlipat akibat kemacetan.
Berdasarkan pemantauan
Media Indonesia, Senin (11/8/2014), jalur tengah antara perbatasan Brebes-Banyumas, Pekuncen, Ajibarang hingga ke Wangon, Banyumas, masih mengalami kemacetan. Masalahnya sama, yakni melonjaknya jumlah kendaraan berat yang lewat di jalan yang hanya selebar 6-7 meter tersebut.
Seorang sopir truk, Agus, 45, mengungkapkan dari Prupuk, Tegal, jam 19.00 WIB ternyata sampai di Ajibarang pukul 08.00 WIB. Padahal, dalam kondisi normal, waktu tempuh Prupuk-Ajibarang hanya antara 2-3 jam. "Kendaraan hanya dapat berjalan merayap. Kecepatan maksimal 20 km/jam. Hal itu karena kepadatan arus kendaraan yang lewat. Apalagi, kalau berpapasan dengan truk lainnya harus berhati-hati," jelas Agus.
Organisasi Angkutan Darat Banyumas meminta pemerintah mencari solusi kemacetan di jalur tengah akibat belum normalnya Jembatan Comal. "Organda telah menerima keluhan dari anggota, kalau biaya operasional membengkak. Dengan kemacetan yang terjadi di jalur tengah, maka biaya untuk BBM melonjak drastis," ujar Heru dari Organda Banyumas.
Menurut Heru, jalan yang sebetulnya hanya untuk kendaraan dengan tonase 10 ton itu kini dilewati truk tronton, kontainer dan truk gandeng yang bobotnya lebih dari 10 ton. "Jalan yang lebarnya hanya 6-7 meter juga menambah sulitnya kendaraan berjalan kencang. Apalagi, sepeda motor juga harus melalui bahu jalan di sebelah aspal," kata Heru.
Angkutan lokal seperti angkutan pedesaan dan mikrobus tidak beroperasi. Akibatnya, banyak warga, misalnya, anak sekolah dan pedagang harus jalan kaki dan naik ojek. "Kalau naik angkutan tidak lebih Rp5 ribu sekali jalan. Karena naik ojek, biaya ke pasar mencapai Rp20 ribu. Itu anak-anak sekolah juga banyak yang jalan kaki, karena tidak ada angkutan pedesaan yang beroperasi," kkata Yanti, 51, warga Tumiyang, Kecamatan Pekuncen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)