Dalam World Parliamentary Forum on Sustainable Development Pastika menyebut, terdapat tiga butir hubungan manusia terhadap kehidupan dunia. Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam semesta dan hubungan manusia dengan manusia.
Tiga teori itu bisa diterapkan untuk dapat meredam konflik yang terjadi di Myanmar. Perang, kata dia, bukan jalan keluar dari beragam masalah.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ya termasuk sebenarnya karena kita mesti mencintai sesama manusia. Hubungan yang baik sesama manusia, siapapun itu," terang Pastika saat berbincang dengan Metrotvnews.com usai presentasinya di WPF, BNDCC, Nusa Dua, Rabu 6 September 2017.
Tri Hita Karana juga relevan diterapkan di seluruh dunia. Konsep ini juga bersentuhan dengan pembangunan keberlanjutan 2030 yang diusung World Parliamantery Forum.
Setiap peradaban dan kebudayaan memiliki kearifan lokal untuk pembangunan berkelanjutan. Tri Hita Karana pun relevan karena berbicar bagaimana hubugann manusia dengan lingkungan.
Seluruh penduduk dunia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga lingkungan sekitar, demi generasi yang akan datang. "Kalau kita tidak menjaga alam semesta atau planet ini bisa kacau balau. Anak cucu kita bisa kelaparan ini," tambahnya.
Dia berharap dalam forum parlemen dunia ini mampu mengeluarkan rumusan terkait penghentian aksi kekerasan dan konflik antar etnis yang terjadi. Dia juga berharap mimpin pembangunan 2030 bisa tercapai.
"Karena bagaimanapun kebijakan dunia itu ada di tangan beliau-beliau ini," tutupnya.
(SUR)