Kudus: Universitas Muria Kudus (UMK) menginisiasi pembangunan museum kain troso di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah. Tenun troso merupakan salah satu kerajinan masyarakat Jepara selain ukir.
Ketua Tim Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) UMK, Mamik Indaryani, mengatakan, pihaknya telah melakukan kegiatan pendampingan di sentra kain troso selama tiga tahun. Tahun ini, inisiasi fokus pada aspek pengembangan wisata.
”Karena potensi wisatanya jelas ada, salah satunya dengan adanya museum,” ujar Mamik, dalam focus group discussion (FGD) Kajian Pakar Tenun dan Perintisan Museum Tenun, di Jepara, Senin, 16 September 2019.
Setelah produksi dan pemantauan kualitas, tim akan fokus pada promosi. Pembangunan museum dinilai penting untuk menarik wisatawan dan juga sebagai pusat edukasi salah satu warisan budaya.
”Kami juga mengundang pakar museum untuk bisa merealisasikannya, karena pengelolaan museum juga harus tepat,” ungkap Mamik.
Ide pembuatan museum tenun muncul lantaran banyaknya motif kain troso atau tenun yang dibuat. Museum dianggap sebagai tempat yang tepat untuk memamerkan dan menyimpan motif yang sudah diciptakan.
Sementara itu, Pakar Museum dan Batik, Zahir Widadi, mengataka, pembangunan museum harus memperhatikan kesiapan infrastruktur dan mindset pengusaha tenun. Jangan sampai, kata dia, pembangunan museum tidak sesuai dengan tujuan awal.
”Saat saya menjadi kepala museum batik, keduanya saya garap bersamaan, jangan membangun museum jika SDM (sumber daya manusia) tidak siap,” jelas Zahir.
Menurut Zahur, museum tak hanya medium pengumpulan barang kuno. Namun juga bisa dijadikan sebagai galeri dan ruang pameran. Hal ini untuk menambah daya tarik wisatawan akan koleksi tenun Indonesia.
Di sisi lain, ia mengingatkan agar menjaga kualitas produksi yang telah dilakukan secara tradisional. Penggarapan produksi secara modern tak disarankan karena dinilai akan menghilangkan nilai budaya.
“Ketika menggunakan mesin, dipastikan hanya motif ekonomi saja. Karena yang penting laku,” kata Zahir.
Zahir berharap penggarapan museum dilakukan dengan tepat. Sebab banyak museum yang mati karena salah pengelolaan.
”Bahkan (museum) tenun yang dilakukan juga harus besar, jangan buat hanya nasional, tapi inetrnasional juga, toh biayanya hampir sama,” tandas Zahir.
Kudus: Universitas Muria Kudus (UMK) menginisiasi pembangunan museum kain troso di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah. Tenun troso merupakan salah satu kerajinan masyarakat Jepara selain ukir.
Ketua Tim Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) UMK, Mamik Indaryani, mengatakan, pihaknya telah melakukan kegiatan pendampingan di sentra kain troso selama tiga tahun. Tahun ini, inisiasi fokus pada aspek pengembangan wisata.
”Karena potensi wisatanya jelas ada, salah satunya dengan adanya museum,” ujar Mamik, dalam focus group discussion (FGD) Kajian Pakar Tenun dan Perintisan Museum Tenun, di Jepara, Senin, 16 September 2019.
Setelah produksi dan pemantauan kualitas, tim akan fokus pada promosi. Pembangunan museum dinilai penting untuk menarik wisatawan dan juga sebagai pusat edukasi salah satu warisan budaya.
”Kami juga mengundang pakar museum untuk bisa merealisasikannya, karena pengelolaan museum juga harus tepat,” ungkap Mamik.
Ide pembuatan museum tenun muncul lantaran banyaknya motif kain troso atau tenun yang dibuat. Museum dianggap sebagai tempat yang tepat untuk memamerkan dan menyimpan motif yang sudah diciptakan.
Sementara itu, Pakar Museum dan Batik, Zahir Widadi, mengataka, pembangunan museum harus memperhatikan kesiapan infrastruktur dan mindset pengusaha tenun. Jangan sampai, kata dia, pembangunan museum tidak sesuai dengan tujuan awal.
”Saat saya menjadi kepala museum batik, keduanya saya garap bersamaan, jangan membangun museum jika SDM (sumber daya manusia) tidak siap,” jelas Zahir.
Menurut Zahur, museum tak hanya medium pengumpulan barang kuno. Namun juga bisa dijadikan sebagai galeri dan ruang pameran. Hal ini untuk menambah daya tarik wisatawan akan koleksi tenun Indonesia.
Di sisi lain, ia mengingatkan agar menjaga kualitas produksi yang telah dilakukan secara tradisional. Penggarapan produksi secara modern tak disarankan karena dinilai akan menghilangkan nilai budaya.
“Ketika menggunakan mesin, dipastikan hanya motif ekonomi saja. Karena yang penting laku,” kata Zahir.
Zahir berharap penggarapan museum dilakukan dengan tepat. Sebab banyak museum yang mati karena salah pengelolaan.
”Bahkan (museum) tenun yang dilakukan juga harus besar, jangan buat hanya nasional, tapi inetrnasional juga, toh biayanya hampir sama,” tandas Zahir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)