Tim dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai meyemai garam di Riau. Foto: Branda ANTARA
Tim dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai meyemai garam di Riau. Foto: Branda ANTARA

Tim TMC BRIN Mulai Semai 15 Ton Garam di Riau

Antara • 10 Agustus 2023 20:00
Riau: Tim dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai terbang menggunakan pesawat Cassa untuk menyemai garam sebanyak 15 ton di awan yang berpotensi hujan.
 
"Kegiatan modifikasi cuaca untuk memancing hujan tersebut dilakukan hingga 12 hari ke depan, untuk membasahi lahan gambut guna menekan potensi kebakaran hutan dan lahan akibat musim panas melanda Riau kini," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edy Afrizal di Pekanbaru, Kamis, 10 Agustus 2023.
 
Ia mengatakan untuk hujan buatan melalui modifikasi cuaca itu dimulai pada dua kabupaten, yakni Siak dan Pelalawan. Sebelumnya, tim TMC dari BRIN sudah melakukan kajian modifikasi di Riau.

"Teknologi modifikasi cuaca adalah usaha campur tangan manusia dalam mengendalikan sumber daya air di atmosfir dengan memanfaatkan parameter cuaca guna memodifikasi cuaca," kata Edy.
 
TMC adalah proses pembasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Riau guna mencegah terjadinya karhutla. Kegiatan TMC di Riau sudah dimulai sejak 17 Mei 2023, sedangkan operasi TMC dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi solusi permanen dalam upaya pengendalian bencana karhutla di Indonesia dan khusus di Riau.
 
Baca: Antisipasi Karhutla di Sumsel, BNPB Terapkan Teknologi Modifikasi Cuaca

Sementara itu, BMKG memprediksi fenomena El Nino yang akan terjadi tahun 2023 akan lebih tinggi indeksnya dari tahun sebelumnya yang mengakibatkan potensi bencana karhutla yang lebih besar.
 
"Karena itu, TMC dilakukan untuk tujuan pembasahan lahan gambut. Target operasi TMC adalah untuk menjaga tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas kekeringan sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian karhutla dapat dikurangi," ujarnya.
 
Eddy menjelaskan kondisi cuaca yang relatif kering karena sebagian wilayah Provinsi Riau sudah mulai masuk musim kemarau ditambah semakin tingginya indeks NINO3.4 yang mengindikasikan dimulainya fenomena El Nino menyebabkan potensi kemunculan titik panas (hotspot) yang menjadi asal muasal bencana kebakaran hutan dan lahan juga semakin meningkat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan