Pemimpin Pemberontak Suriah, Abu Mohammad al-Jolani. (CNN)
Pemimpin Pemberontak Suriah, Abu Mohammad al-Jolani. (CNN)

Sosok Abu Mohammad al-Julani: Pemimpin Pemberontak Suriah

Riza Aslam Khaeron • 08 Desember 2024 14:21
Jakarta: Abu Mohammad al-Julani, yang memiliki nama asli Ahmed Hussein al-Sharaa, adalah tokoh kunci yang penuh kontroversi dalam konflik Suriah.
 
Sebagai pendiri Front al-Nusra dan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ia memainkan peran penting dalam pergolakan perang saudara yang telah melanda Suriah selama bertahun-tahun.
 
Pada Desember 2024, Julani dan HTS mengejutkan dunia dengan menggulingkan rezim Bashar al-Assad melalui serangan kilat.

Langkah ini mengakhiri 24 tahun kekuasaan otoriter Assad, sekaligus menandai titik balik besar dalam sejarah Suriah yang telah dilanda perang selama lebih dari 13 tahun.
 
Tapi siapa sebenarnya al-Julani dan bagaimana perjalanannya bisa mencapai titik ini? Berikut ulasannya.
 

Awal Kehidupan dan Radikalisasi

Julani lahir pada tahun 1982 di Riyadh, Arab Saudi, dari keluarga Suriah yang mengungsi akibat okupasi Israel di Dataran Tinggi Golan pada 1967. Nama "al-Julani" mengacu pada akar keluarganya dari wilayah Golan.
 
Ia tumbuh besar di kawasan Mazzeh, Damaskus, sebuah lingkungan elit tempat ia menjalani kehidupan kelas menengah. Ayahnya adalah seorang insinyur minyak yang bekerja untuk pemerintahan Hafez al-Assad, sementara ibunya seorang guru.
 
Masa mudanya berubah drastis saat Intifada Kedua meletus pada 2000. Peristiwa ini memantik semangat radikalisme dalam dirinya, mendorongnya untuk menghadiri ceramah-ceramah rahasia yang membahas jihad dan perlawanan.
 
Pada 2003, setelah invasi Amerika Serikat ke Irak, Julani memutuskan untuk bergabung dengan Al-Qaeda di Irak (AQI). Di sana, ia menunjukkan bakat besar dalam strategi militer dan dengan cepat mendapatkan pengakuan di antara para pemimpin AQI.
 

Mendirikan Front al-Nusra

Saat konflik di Suriah meletus pada 2011, Julani kembali ke negaranya dengan dukungan Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin Islamic State of Iraq (ISI). Dengan modal dana sebesar $50.000 dari ISI, Julani mendirikan Front al-Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah.
 
Kelompok ini segera dikenal sebagai salah satu faksi pemberontak paling efektif, meskipun juga sangat brutal.
 
Pada 2013, Julani menolak upaya Baghdadi untuk menggabungkan al-Nusra dengan ISIS, memilih untuk tetap setia kepada Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaeda pusat.
 

Transformasi dan Kontroversi

Pada 2016, Julani secara resmi memutus hubungan dengan Al-Qaeda. Langkah ini disebut sebagai strategi untuk menghindari serangan internasional.
 
Ia mengganti nama kelompoknya menjadi Jabhat Fateh al-Sham (JFS) dan kemudian membentuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pada 2017 bersama beberapa kelompok lain.
 
Perubahan ini dianggap oleh banyak pihak sebagai upaya pragmatis untuk mengubah citra kelompoknya menjadi lebih nasionalis dan moderat.
 
Julani mulai tampil di media dengan citra yang lebih "bersahabat". Ia sering terlihat mengenakan jas modern, menegaskan bahwa fokusnya adalah membangun Suriah yang baru, bukan memperluas jihad global.
 
Namun, banyak pihak masih meragukan ketulusannya, terutama karena HTS terus dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia, seperti penangkapan sewenang-wenang dan penyiksaan terhadap oposisi lokal.

Selain itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menetapkan Julani sebagai Teroris Global yang Ditandai Secara Khusus (Specially Designated Global Terrorist) sejak 16 Mei 2013.
 
Penetapan ini menyebabkan seluruh asetnya yang berada dalam yurisdiksi Amerika Serikat diblokir, dan warga Amerika Serikat dilarang melakukan transaksi dengannya.
 
Sebagai pemimpin Front al-Nusra (ANF), ia juga bertanggung jawab atas berbagai serangan teroris yang menargetkan warga sipil, termasuk pembunuhan penduduk Druze di Qalb Lawzeh pada Juni 2015.
 

Pengaruh di Idlib

Di bawah kendali Julani, HTS membangun pemerintahan semi-teknokratik yang dikenal sebagai Pemerintah Penyelamatan Suriah (Syrian Salvation Government) di Idlib.
 
Pemerintah ini menyediakan layanan dasar seperti listrik, pendidikan, dan pengelolaan sumber daya. Namun, kebijakan pajak yang tinggi memicu ketidakpuasan di kalangan warga lokal. Julani juga memperkuat kendali politiknya dengan menyingkirkan rival-rivalnya secara sistematis.
 
Meski ia mengklaim melindungi minoritas agama, laporan menunjukkan adanya diskriminasi terhadap komunitas Kristen dan Druze di wilayah yang dikuasai HTS.
 
Meski begitu, Julani berhasil mempertahankan pengaruhnya dengan menghadapi ancaman dari ISIS dan kelompok-kelompok rival lainnya.
 

Pertempuran 2024

Tahun 2024 menjadi salah satu babak paling dramatis dalam sejarah konflik Suriah. Pada awal November, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin oleh Julani melancarkan serangan besar-besaran di wilayah barat laut Suriah.
 
Pertempuran dimulai dengan pengepungan Aleppo pada 3 November, dan kota tersebut jatuh ke tangan HTS pada 10 November setelah pasukan rezim mundur secara tiba-tiba.
 
Selanjutnya, pada 18 November, kota Hama yang strategis juga berhasil direbut oleh HTS setelah pertempuran sengit yang berlangsung selama lima hari.
 
Momentum terus berlanjut ketika Homs, salah satu kota terbesar di Suriah, jatuh pada 25 November. Keberhasilan ini memberikan HTS akses langsung ke jalur menuju ibu kota Damaskus.
 
Pada awal Desember, Damaskus dikepung dari berbagai arah. Akhirnya, pada 8 Desember 2024, HTS secara mengejutkan berhasil mengambil alih Damaskus setelah pertempuran singkat tetapi intens.
 
Kejatuhan ibu kota ini menandai berakhirnya kekuasaan Bashar al-Assad yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
 
Kemenangan ini disambut dengan sorak-sorai ribuan warga yang turun ke jalan, merayakan berakhirnya rezim yang mereka anggap penuh penindasan.
 
Namun, keberhasilan ini juga menimbulkan kekhawatiran baru tentang masa depan Suriah di bawah pemerintahan yang didominasi oleh HTS.
 
Dalam pidato kemenangan yang disiarkan secara luas, Julani menyatakan bahwa era baru telah dimulai untuk Suriah.
 
Ia berjanji untuk membangun pemerintahan yang inklusif dan menghormati keberagaman, meskipun banyak pihak tetap skeptis terhadap janji tersebut mengingat rekam jejak HTS dalam konflik sebelumnya.
 
Baca Juga:
Pemerintah Assad Tumbang, KBRI Damaskus Tetapkan Siaga 1 untuk Seluruh Suriah
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan