"Dalam hal kesepakatan nuklir, nampaknya Iran tetap berharap untuk dilanjutkan, hanya saja Iran tidak akan sepenuhnya bekerja sama apabila dirasa itu merugikan mereka," tutur Yon kepada Medcom.id, Senin, 21 Juni 2021.
Ia menambahkan, Presiden Iran yang baru terpilih, Ebrahim Raisi merupakan bagian dari Garda Revolusi Islam Iran. "Dikhawatirkan ia tidak dapat melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat," imbuhnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya, AS juga akan melihat dulu kebijakan Iran di bawah pemerintahan baru Raisi. "Tentunya mereka akan melihat sejauhmana rezim baru bisa diajak bicara," terangnya.
Baca juga: Presiden Baru Iran Dinilai Tidak akan Berkompromi dengan Israel
Raisi memenangkan pemilihan umum presiden Iran pada Jumat lalu. Ia mengungguli semua kandidat lewat raihan 61,95 persen suara.
Raisi sering disebut-sebut sebagai kandidat pengganti Khamenei di masa mendatang. Kemenangan dalam pilpres kemarin diyakini akan semakin meningkatkan peluang Raisi dalam menuju posisi pemimpin agung Iran.
Sementara itu, kesepakan nuklir Iran hancur pada 2018, setelah AS - di bawah kepemimpinan Donald Trump saat itu - keluar dari perjanjian dan menjatuhkan sanksi bagi Iran.
Setelah Joe Biden terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, ada harapan kesepakatan nuklir tersebut akan diperbaiki. Meski demikian, hingga kini belum ada komunikasi berarti terkait perjanjian tersebut.