Washington: Iran dapat membuat fisil yang menjadi bahan baku bom nuklir dalam waktu 12 hari. Jangka waktu itu lebih cepat daripada estimasi pembuatan bom nuklir yang dijanjikan Iran pada 2015.
"Karena kemajuan nuklir Iran sejak kami meninggalkan The Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sangat luar biasa,” kata pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) Dr Colin Kahl, kepada anggota parlemen, seperti dikutip Asia One, Kamis 2 Maret 2023.
“Kembali pada 2018, ketika pemerintahan sebelumnya memutuskan untuk meninggalkan JCPOA, Iran membutuhkan waktu sekitar 12 bulan untuk memproduksi bahan fisil untuk membuat satu bom. Sekarang hanya membutuhkan waktu sekitar 12 hari," ungkapnya.
Kahl mengungkapkan pernyataan itu ketika ditekan oleh anggota parlemen AS mengenai alasan pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha menghidupkan kembali kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau JCPOA itu.
"Jadi saya pikir masih ada pandangan bahwa jika Anda dapat menyelesaikan masalah ini secara diplomatis dan mengembalikan batasan pada program nuklir, itu lebih baik daripada opsi lainnya," ucap Dr Kahl.
Pada kesepakatan di tahun 2015, Iran telah mengendalikan program nuklirnya dengan imbalan sanksi ekonomi.
Trump menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran. Hal tersebut membuat Teheran melanjutkan pekerjaan nuklir yang sebelumnya dilarang dan menghidupkan kembali kekhawatiran AS, Eropa, dan Israel bahwa Iran dapat membuat bom atom. Namun, Iran menyangkal ambisi tersebut.
Pemerintahan Biden juga telah mencoba menghidupkan kembali fakta tersebut selama dua tahun terakhir. Namun, hingga saat ini belum berhasil. (Vania Augustine Dilia)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
"Karena kemajuan nuklir Iran sejak kami meninggalkan The Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sangat luar biasa,” kata pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) Dr Colin Kahl, kepada anggota parlemen, seperti dikutip Asia One, Kamis 2 Maret 2023.
“Kembali pada 2018, ketika pemerintahan sebelumnya memutuskan untuk meninggalkan JCPOA, Iran membutuhkan waktu sekitar 12 bulan untuk memproduksi bahan fisil untuk membuat satu bom. Sekarang hanya membutuhkan waktu sekitar 12 hari," ungkapnya.
Kahl mengungkapkan pernyataan itu ketika ditekan oleh anggota parlemen AS mengenai alasan pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha menghidupkan kembali kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau JCPOA itu.
"Jadi saya pikir masih ada pandangan bahwa jika Anda dapat menyelesaikan masalah ini secara diplomatis dan mengembalikan batasan pada program nuklir, itu lebih baik daripada opsi lainnya," ucap Dr Kahl.
Pada kesepakatan di tahun 2015, Iran telah mengendalikan program nuklirnya dengan imbalan sanksi ekonomi.
Trump menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran. Hal tersebut membuat Teheran melanjutkan pekerjaan nuklir yang sebelumnya dilarang dan menghidupkan kembali kekhawatiran AS, Eropa, dan Israel bahwa Iran dapat membuat bom atom. Namun, Iran menyangkal ambisi tersebut.
Pemerintahan Biden juga telah mencoba menghidupkan kembali fakta tersebut selama dua tahun terakhir. Namun, hingga saat ini belum berhasil. (Vania Augustine Dilia)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News