Sementara itu, ribuan penduduk Palestina terpaksa mengungsi dari wilayah utara ke selatan melewati jalur garis depan yang berbahaya.
Adapun masih banyak dari mereka yang bertahan di utara, berkerumun di Rumah Sakit Al Shifa dan Rumah Sakit al-Quds serta Rumah Sakit Indonesia di tengah pertempuran yang semakin memanas. Israel menuduh Hamas, menjadikan rumah sakit sebagai masrkas komando mereka.
Di Doha, Kepala CIA dan badan intelijen Israel Mossad melakukan rundingan dengan perdana menteri Qatar untuk membahas pembebasan sandera dan menghentikan pertempuran. Qatar bertugas sebagai mediator dengan Hamas di masa lalu.
Di Paris, para pejabat dari sekitar 80 negara dan organisasi mengadakan pertemuan untuk mencari jalan tengah pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dan membantu warga sipil yang terluka untuk menyelamatkan diri.
"Tanpa gencatan senjata, pencabutan pengepungan dan pengeboman serta peperangan tanpa pandang bulu, pendarahan nyawa manusia akan terus berlanjut," ungkap Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, dilansir dari The Daily Star, Jumat, 10 November 2023.
PBB dan Palang Merah Internasional mendorong upaya gencatan senjata. Israel bersama sekutunya, Amerika Serikat, menyebut gencatan senjata penuh hanya akan menguntungkan Hamas, tapi jeda kemanusiaan masih bisa diperhitungkan.
| Baca: Pejabat AS Sebut Jumlah Warga Palestina yang Tewas di Gaza, Jauh Lebih Banyak. |
Menurut Israel, serangan kejutan Hamas pada 7 Oktober terhadap wilayah Israel telah menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.
Di sisi lain, serangan balasan Israel justru lebih besar dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya bencana kemanusiaan.
Laporan para pejabat Palestina menunjukkan jumlah warga Gaza yang terbunuh sebanyak 10.812 orang, sekitar 40 persen terdiri atas anak-anak. Pasokan bahan pokok mulai menipis dan banyak kawasan yang hancur akibat bombardir Israel yang membuat 26.905 orang luka-luka.
Baku tembak sengit
Banyak sumber menyebut militer Israel dan pejuang Hamas melakukan baku tembak yang sengit dengan jarak dekat di Kota Gaza kemarin.Pejuang Hamas yang dipersenjatai dengan peluncur granat dengan roket dan senapan serbu melawan serangan tentara Israel dengan perlengkapan kendaraan lapis baja di antara puing-puing bangunan di wilayah utara.
Kedua belah pihak saling melaporkan jumlah korban dalam pertempuran semakin intens. Pasukan Israel mengatakan telah mengamankan benteng militer Hamas yang disebut Kompleks 17 di Jabalya di Gaza utara usai 10 jam pertempuran melawan Hamas dan Jihad Islam.
Pihak Israel menambahkan bahwa mereka membunuh puluhan militan, menyita senjata, membongkar terowongan serta menemukan lokasi pembuatan senjata Hamas di sebuah tempat hunian di kawasan Sheikh Radwan.
Sementara itu, pejuang Hamas menyebut bahwa mereka berhasil membunuh lebih banyak tentara Israel dibandingkan informasi yang dirilis oleh militer mereka. Selain itu, puluhan tank, buldoser, dan kendaraan militer lainnya dihancurkan.
Terdapat sebuah rekaman menunjukkan para pejuang Hamas menembakkan roket anti tank dan menyerang langsung kendaraan itu.
Ribuan penduduk Palestina berlindung di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza meski Israel telah memerintahkan mereka untuk mengungsi. Mereka tetap bertahan di tenda-tenda di halaman rumah sakit dan mengatakan mereka sudah tidak punya tempat lain untuk pergi.
Warga dievakuasi
Kantor kemanusiaan PBB, OCHA, mengungkapkan Israel kembali memaksa penduduk di Gaza utara untuk mengungsi ke selatan dan turut membuka koridor empat jam untuk hari kelima berturut-turut. OCHA menyebutkan sekitar 50.000 orang pergi dari sana.OCHA melanjutkan, penembakan terus belanjut di sekitar jalan utama yang mengancam keselamatan pengungsi. Banyak jasad tergeletak di pinggir jalan, sedangkan sebagian besar pengungsi harus berjalan kaki karena militer Israel melarang mereka menggunakan kendaraan.
Kepadatan pengungsi Gaza yang menempati sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat lainnya di wilayah selatan terlihat berdesakan.
Wilayah selatan juga tidak lepas dari target serangan. Khan Younis, kota utama di Gaza selatan, menjadi ramai karena banyak warga yang berusaha mencari korban yang selamat.
Konferensi di Paris, yang dihadiri oleh negara-negara Arab, negara-negara Barat, anggota G20 dan kelompok LSM seperti Doctors Without Borders, membahas langkah-langkah untuk mengurangi penderitaan warga Gaza.
Presiden Emmanuel Macron, menyerukan jeda kemanusiaan dalam sambutan di konferensi tersebut. "Situasinya serius dan semakin buruk setiap hari," tegas Macron.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, dengan pemerintahan mandiri dalam Otoritas Palestina, turut hadir dalam konferensi itu, sedangkan Israel tidak mendapat undangan.
"Berapa banyak warga Palestina yang harus dibunuh agar perang dapat dihentikan," tanya Shtayyeh. " Apakah membunuh 10.000 orang dalam 30 hari cukup?" lanjut dia.
Secara terpisah, 10 penduduk Palestina terbunuh dan lebih dari 20 orang dalam serangan Israel terhadap Jenin di Tepi Barat, menurut Kementrian Kesehatan Palestina.
Sedikitnya 170 warga Palestina dan tiga warga Israel tewas di Tepi Barat sejak 7 Oktober. (Abdurrahman Addakhil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id