Hagia Sophia dahulu dikenal sebagai katedral di era Bizantium selama 900 tahun. Situs ini beralih fungsi menjadi masjid saat Kekaisaran Ottoman merebut Istanbul. Dulu terkenal dengan nama Konstantinopel.
Baca: Hagia Sophia Siap untuk Salat Jumat Pertama dalam 86 Tahun.
Hingga pada saat Ottoman runtuh dan Turki modern muncul dengan dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk pada 1934, Hagia Sophia berubah menjadi museum.
Hagia Sophia berusia hampir 1.500 tahun dan merupakan salah satu situs suci untuk umat Islam dan Kristen. Perubahan statusnya memiliki dampak mendalam bagi para pengikut kedua agama. Ini juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Berikut adalah fakta-fakta kunci dari sejarah Hagia Sophia, kampanye untuk mengubah statusnya, dan pernyataan para pemimpin agama dan politik setelah konversi ke masjid.
1. Dua kepercayaan
Hagia Sophia, atau 'Kebijaksanaan Ilahi' dalam bahasa Yunani, selesai dibangun pada 537 oleh kaisar Bizantium Justinian.Struktur kubah yang luas ini menghadap ke pelabuhan Tanduk Emas dan pintu masuk ke Selat Bosphorus dari jantung kota Konstantinopel. Itu adalah pusat kekristenan Ortodoks dan tetap menjadi gereja terbesar di dunia selama berabad-abad.
Hagia Sophia tetap di bawah kendali Bizantium--kecuali penyitaan singkat oleh Tentara Salib di abad ke-13--sampai kota itu dikuasai pasukan Muslim Sultan Ottoman, Mehmet Sang Penakluk, yang mengubahnya menjadi masjid.
Ottoman membangun empat menara, menutupi ikon-ikon Kristen Hagia Sophia dan mosaik-mosaik emas bercahaya. Di bawah kekuasaannya, Mehmet memasang panel-panel hitam besar yang dihiasi dengan nama-nama Allah SWT, Nabi Muhammad, dan para khalifah Muslim dalam kaligrafi Arab.
Pada 1934 presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, membangun republik sekuler dari Kekaisaran Ottoman yang dikalahkan. Dia mengubah Hagia Sophia menjadi museum, yang sekarang dikunjungi oleh jutaan turis setiap tahun.
Pada 10 Juli 2020, pengadilan Turki membatalkan status museumnya. Ini membuka jalan bagi Erdogan untuk menetapkannya sebagai masjid. Lukisan-lukisan Kristen dan mosaik berkilauan yang menghiasi kubah dan aula tengah, disembunyikan selama waktu Salat Muslim, tetapi tetap diperlihatkan di luar waktu salat.
2. Dugaan pemalsuan
Asosiasi Turki yang berkomitmen menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid, menekan pengadilan Turki beberapa kali dalam 15 tahun terakhir untuk membatalkan dekrit Ataturk.Dalam kampanye terbaru, asosiasi itu mengatakan kepada pengadilan tinggi Turki bahwa pemerintahan Ataturk tidak memiliki hak untuk mengesampingkan keinginan Sultan Mehmet. Bahkan, mencurigai bahwa tanda tangan presiden pada dokumen itu dipalsukan.
Baca: Turki Tunjuk Tiga Imam Masjid Hagia Sophia.
Argumen itu didasarkan pada ketidaksesuaian dalam tanda tangan Ataturk pada dekrit yang disahkan pada waktu yang sama ketika ia menggunakan nama belakangnya. Kecurigaan mengenai tanda tangan Ataturk jika terlihat pada dokumen-dokumen berikutnya.
Erdogan, yang mengklaim memperjuangkan Islam dan ketaatan beragama selama kekuasaannya selama 17 tahun, mendukung kampanye Hagia Sophia. Menurutnya, umat Islam harus dapat berdoa lagi di sana dan mengangkat masalah ini selama pemilihan lokal tahun lalu.
Lembaga survei Turki Metropoll menemukan bahwa 44 persen responden percaya Hagia Sophia dimasukkan dalam agenda untuk mengalihkan perhatian pemilih dari kesengsaraan ekonomi Turki.
3. Reaksi
Di luar Turki, perubahan telah menimbulkan kekhawatiran dan keputusasaan. Tetapi, Erdogan mengatakan apa yang diinginkan orang Turki adalah yang paling penting.Pemimpin Gereja Ortodoks, Patriark Ekumenis Bartholomew, mengatakan perubahan status Hagia Sophia akan memecah dunia Timur dan Barat.
Negara tetangga Yunani yang terkenal sangat Ortodoks juga bereaksi. Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan "Ini adalah pilihan yang menyinggung semua orang yang juga mengakui monumen itu sebagai Situs Warisan Dunia."
Amerika Serikat kecewa dengan keputusan itu, tetapi berharap dapat mendengar rencana Turki untuk melanjutkan kepengurusan Hagia Sophia. Amerika ingin memastikan Hagia Shopia tetap dapat diakses oleh semua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News