"Lima jenazah migran ditemukan dan lima migran lainnya diselamatkan, tetapi 28 masih hilang," kata Romdhane Ben Amor dari Forum Hak Sosial dan Ekonomi Tunisia (FTDES), dikutip dari AFP, Kamis, 23 Maret 2023.
Romdhane mengatakan, kapal tersebut terbalik diduga karena kelebihan muatan penumpang. Pasalnya, kapal kecil itu ditumpangi 38 orang, dan sebagian besar dari Pantai Gading.
Kapal tersebut berangkat dari pesisir Sfax dengan tujuan Pulau Lampedusa di Italia. Jalur ini kerap ditempuh oleh para imigran yang nekat menggunakan kapal untuk mencapai Eropa.
Sayangnya, ini juga menjadi rute paling mematikan di dunia.
Tenggelamnya kapal tersebut terjadi usai pidato Presiden Tunisia, Kais Saied, menuding imigran dari Afrika sub-Sahara menyebabkan gelombang kejahatan di Tunisia.
Pidatonya memicu gelombang kekerasan terhadap migran kulit hitam. Kemudian para majikan tempat mereka bekerja berbondong-bondong memberhentikan mereka.
Saat ini, nasib mereka tak terurus di jalan-jalan Tunisia. Mereka tidur di pinggir jalan di Tunis.
Di sisi lain, para migran ini takut akan menghadapi kekerasan jika mereka pulang ke negaranya. Sekitar 21.000 migran dari Afrika sub-Sahara diyakini berada di Tunisia, negara yang saat ini berpenduduk 12 juta orang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News