Anak perempuan itu mengembuskan napas terakhir setelah berjuang untuk tetap hidup usai menderita luka serius akibat serangan Israel yang menewaskan ayah dan dua saudara laki-lakinya di Jalur Gaza pada Selasa lalu. Empat cucu lainnya dari Haniyeh juga terkena imbas serangan.
Keluarga Haniyeh dikabarkan sedang mengunjungi kerabatnya di hari pertama hari raya Idulfitri di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza, ketika mobil mereka menjadi sasaran serangan udara Israel.
"Darah anak laki-laki saya tidak lebih berharga daripada darah rakyat kami," ucap Haniyeh (61), yang memiliki 13 putra dan putri menurut sumber Hamas, kepada saluran televisi Al Jazeera kala itu.
Mengutip dari laman The New Arab pada Selasa, 16 April 2024, sebanyak 60 kerabat Haniyeh telah tewas dalam perang enam bulan di Gaza, termasuk 14 akibat serangan udara Israel di sebuah rumah di Kota Gaza pada Oktober lalu.
Pekan kemarin, Haniyeh mengatakan bahwa serangan Israel tidak akan mengubah tuntutan Hamas untuk menyerukan penarikan pasukan Israel dan memulangkan tahanan Palestina dalam negosiasi yang sedang dimediasi Qatar dan Amerika Serikat (AS).
"Seluruh rakyat kami dan seluruh keluarga di Gaza telah membayar harga yang mahal dengan darah, dan saya adalah salah satu dari mereka," kata Haniyeh.
Israel membenarkan bahwa pihaknya telah menargetkan putra-putra Haniyeh, yang digambarkan sebagai "tiga agen Hamas" yang "sedang dalam perjalanan untuk melakukan kegiatan teroris."
Serangan Israel yang tiada henti dan tanpa pandang bulu terhadap Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 33.700 orang – kebanyakan perempuan dan anak-anak – dan menyebabkan sedikitnya 76.465 orang terluka.
Baca juga: Kematian Putra Haniyeh Tak Buat Hamas Mundur Lawan Agresi Israel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News