Mantan Menlu Iran tuduh AS berada di balik kematian Presiden Ebrahim Raisi. Foto: AFP
Mantan Menlu Iran tuduh AS berada di balik kematian Presiden Ebrahim Raisi. Foto: AFP

Eks-Menlu Iran Salahkan AS Atas Kecelakaan Presiden Raisi

Fajar Nugraha • 20 Mei 2024 23:28
Teheran: Mantan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyalahkan sanksi Amerika Serikat (AS) atas kecelakaan yang dialami oleh Presiden Ebrahim Raisi. Ini dilontarkan Zarif dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Iran.
 
“Salah satu penyebab utama tragedi kemarin adalah Amerika Serikat, yang mengembargo penjualan pesawat dan suku cadang penerbangan ke Iran dan tidak mengizinkan rakyat Iran menikmati fasilitas penerbangan yang baik,” kata Zarif, seperti dikutip Shafaq, Senin 20 Mei 2024.
 
“Ini akan dicatat dalam daftar kejahatan AS terhadap rakyat Iran,” tambah Zarif.

Kecelakaan itu juga merenggut nyawa Gubernur Provinsi Azarbaijan Timur, Malek Rahmati, dan Mehdi Mousavi, kepala tim pengawal Raisi.
 
Dalam wawancara telepon dengan TV pemerintah Iran pada Senin, Zarif menuduh AS berkontribusi terhadap tragedi tersebut dengan memberikan sanksi atas penjualan peralatan penerbangan ke Iran.
 
“Salah satu penyebab peristiwa tragis ini adalah Amerika Serikat yang memberikan sanksi penjualan industri penerbangan ke Iran,” kata Zarif.
 
Baca: Jenazah Presiden Raisi dan Menlu Iran Diangkut ke Tabriz.

 
Dia lebih lanjut menyatakan bahwa sanksi tersebut menghalangi Iran untuk memelihara fasilitas penerbangan dengan baik, dan menambahkan bahwa kecelakaan itu akan "dicatat dalam daftar hitam kejahatan Amerika terhadap bangsa Iran."
 
Helikopter yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah BELL 212, pesawat berbilah dua buatan Amerika Serikat yang mampu membawa 15 orang.
 
Helikopter yang berusia sekitar sepuluh tahun itu sulit dirawat karena sanksi AS, sehingga menyulitkan Iran untuk mendapatkan suku cadang atau pesawat baru.
 
Sejak tahun 1979, ketika Iran menyita kedutaan AS di Teheran, AS telah memberlakukan berbagai pembatasan ekonomi terhadap negara tersebut. Sanksi-sanksi ini telah diperluas selama bertahun-tahun, khususnya menargetkan dugaan program nuklir Iran.
 
Dalam tiga tahun terakhir saja, AS telah menjatuhkan lebih dari 600 sanksi terhadap entitas yang terkait dengan Iran. Sanksi ini menargetkan sumber daya keuangan dan ekonomi, bisnis dan industri baru, pengeluaran militer untuk penelitian ilmiah, dan badan antariksa Iran.
 
Washington Institute, sebuah lembaga pemikir AS, mencatat bahwa maskapai penerbangan Iran dilarang membeli pesawat yang mengandung lebih dari 10 persen suku cadang AS.
 
Maskapai penerbangan Iran mengoperasikan beberapa pesawat tertua di dunia. Bloomberg memperkirakan usia rata-rata armada di atas 25 tahun.


Sesuai penilaian peneliti

Analis dan konsultan penerbangan independen Alex Macheras mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sanksi yang telah berlangsung selama puluhan tahun kemungkinan besar berperan dalam jatuhnya helikopter tersebut karena armada Iran sudah tua dan memburuk.
 
“Helikopter yang terlibat diperoleh lebih dari 40 tahun yang lalu. Iran adalah rumah bagi armada penerbangan komersial tertua di dunia. Skenarionya mirip dengan pesawat milik pribadi,” kata Macheras.
 
Sekitar 2.000 warga Iran tewas dalam kecelakaan pesawat sejak 1979, tambahnya.
 
Macheras menambahkan, ini adalah negara yang, karena sanksi, kesulitan mendapatkan suku cadang. Dalam dunia penerbangan, suku cadang sangat penting untuk memberikan perawatan yang memadai, tidak hanya pada jet muda, tetapi terutama pada jet tua yang membutuhkan perawatan ekstra.
 
“Ketika pesawat tidak menerima perawatan yang diperlukan, Anda akan berada di wilayah yang pada akhirnya membahayakan nyawa penumpang pesawat yang lebih tua,” pungkas Macheras.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan