Dubes Al Otaiba mengatakan langkah itu akan menjadi apa yang ia sebut sebagai ‘pengambilalihan ilegal’ tanah yang akan dijadikan warga Palestina untuk membentuk sebuah negara.
"Aneksasi akan tentu saja dan segera menjungkirbalikkan semua aspirasi Israel untuk meningkatkan keamanan, ekonomi dan hubungan budaya dengan dunia Arab dan UEA," tulisnya dalam sebuah op-ed di harian Israel, Yedioth Ahronoth, seperti dikutip Yeni Safak, Jumat, 12 Juni 2020.
"Semua kemajuan yang Anda lihat dan sikap yang telah berubah terhadap Israel, orang-orang menjadi lebih menerima Israel dan kurang memusuhi Israel. Semua itu bisa dirusak oleh keputusan untuk mencaplok," kata Al Otaiba dalam sebuah video.
Pada Mei, Etihad yang berbasis di Abu Dhabi melakukan penerbangan pertama yang diketahui oleh maskapai penerbangan UEA ke Israel. Pesawat itu membawa bantuan virus korona untuk Palestina.
Palestina sendiri menolak menerima bantuan tersebut karena melintas wilayah Israel terlebih dahulu. Dua kali pesawat berisi bantuan tersebut tiba di Israel.
Namun Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengutuk ‘normalisasi’ hubungan antara UEA dan Israel. PFLP menilai meningkatnya langkah normalisasi, termasuk melakukan penerbangan langsung adalah cerminan dari penikaman perjuangan Palestina dan pengorbanan rakyat kami dan bangsa Arab.
"Kami mengutuk kelanjutan UEA atas kejahatan normalisasi dengan entitas Zionis," pungkas PFLP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id