Menyoroti enam serangan yang menewaskan sekitar 218 orang, pernyataan tersebut disampaikan pada Rabu, 19 Juni 2024.
Mengutip Channel News Asia, laporan terbaru langsung dikecam oleh Israel karena dianggap sangat bias.
Kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR) merincikan enam serangan yang dianggap merupakan simbol dari pola yang memprihatinkan.
Serangan tersebut melibatkan dugaan penggunaan bom seberat 2.000 pon pada bangunan tempat tinggal, sekolah, kamp pengungsi, dan pasar.
Sementara itu, OHCHR mengatakan pihaknya telah memverifikasi 218 kematian yang dilakukan pada awal perang pada 7 Oktober 2023. Namun, mereka menuturkan pihaknya memiliki informasi yang menunjukkan jumlah korban jiwa dapat jauh lebih tinggi.
“Persyaratan untuk memilih cara dan metode peperangan yang menghindari atau setidaknya meminimalkan kerugian sipil tampaknya telah terus-menerus dilanggar dalam kampanye pemboman Israel,” jelas ketua hak asasi manusia PBB Volker Turk dalam sebuah pernyataan, dikutip pada Kamis, 20 Juni 2024.
Ia juga menyimpulkan enam serangan yang dilakukan Israel antara 9 Oktober dan 2 Desember 2023, menunjukkan bahwa militer Israel telah berulang kali melanggar prinsip-prinsip dasar hukum perang.
Runtuhnya struktur tinggi
Menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel, perang paling mematikan di Gaza dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel dengan mengakibatkan kematian 1.194 orang, sebagian besar warga sipil.Para militan juga menyandera 251 orang. Terdapat 116 orang masih berada di Gaza, meski tentara mengatakan 41 orang tewas.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan serangan balasan Israel telah menewaskan sekitar 37.372 orang, sebagian besar adalah warga sipil Palestina.
Dalam laporan yang tercantum, berbagai serangan yang dilakukan merupakan serangan terhadap lingkungan Ash Shujaiyeh, Kota Gaza pada 2 Desember tahun lalu.
“Bencana ini menyebabkan kerusakan pada rentang diagonal sekitar 130 meter, menghancurkan 15 bangunan dan merusak sedikitnya 14 bangunan lainnya,” kata Turk.
Sementara itu, tingkat kerusakan dan kawah yang terlihat pada citra satelit menunjukkan sekitar sembilan bom GBU-31 seberat 2.000 pon digunakan.
Turk juga menuturkan pihaknya telah menerima informasi bahwa sekitar 60 orang tewas.
“GBU-31 bersama GBU-32 seberat 1.000 pon dan GBU-39 seberat 250 pon, sebagian besar digunakan untuk menembus beberapa lantai beton serta dapat meruntuhkan bangunan tinggi,” jelas juru bicara OHCHR Jeremy Laurence.
“Mengingat betapa padatnya penduduk di wilayah yang menjadi sasaran, penggunaan senjata peledak dengan dampak luas seperti itu kemungkinan besar merupakan serangan sembarangan yang dilarang,” lanjutnya.
Kejahatan kemanusiaan
Kepala kantor OHCHR di wilayah Palestina, Ajith Sunghay mengatakan laporan tersebut sangat berfokus pada tindakan Israel karena senjata yang digunakan oleh militer Israel jauh lebih merusak.“Rudal-rudal yang ditembakkan oleh Hamas, meski benar-benar tidak dapat diterima,” kata Sunghay.
“Tidak menyebabkan pembunuhan yang signifikan selama perang jika dibandingkan,” tambah Sunghay.
Beberapa insiden yang dirincikan dalam laporan tersebut, tidak termasuk ledakan penting dan kontroversial pada awal perang di kompleks rumah sakit Al-Ahli di Gaza, tempat Hamas berbicara tentang ratusan orang yang tewas berkaitan hal yang dikatakan sebagai serangan Israel.
Namun, Israel menolak bertanggung jawab dan menyalahkan roket yang diluncurkan oleh militan Jihad Islam, sebuah klaim yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, sumber-sumber intelijen Barat memperkirakan jumlah korban tewas jauh lebih sedikit.
Ketika ditanya alasan insiden tidak masuk dalam daftar, Sunghay menyatakan tim tersebut tidak memiliki cukup informasi untuk memasukkannya.
Laporan tersebut menyoroti penargetan yang melanggar hukum, tidak hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum perang.
Saat bagian dari serangan yang meluas atau sistematis terhadap penduduk sipil dan sejalan dengan kebijakan resmi negara atau organisasi, Sunghay mengatakan hal itu dapat juga berimplikasi pada kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sementara itu, Israel mengecam keras laporan tersebut. Mereka menyatakan laporan itu bertujuan untuk mengecam dan mengasingkan Israel, sekaligus melindungi teroris Hamas di Gaza.
“OHCHR menggemakan narasi Hamas dan menyebarkan tuduhan tidak berdasar,” Duta Besar Israel di Jenewa, Meirav Eilon Shahar.
“Laporan ini menunjukkan bias yang mengakar terhadap Israel yang telah ada di OHCHR selama beberapa dekade,” pungkas Shahar. (Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News