“Serangan Minggu di Rafah, yang terjadi setelah adanya perintah Mahkamah Internasional, telah mengungkap sifat berbahaya dan penuh darah dari negara teror tersebut,” kata Recep Tayyip Erdogan kepada pengacaranya di Istanbul dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip Anadolu, Selasa 28 Mei 2024.
Komentarnya mengacu pada perintah Israel dan ICJ untuk melakukan hal tersebut dan menghentikan pertumpahan darah.
"Netanyahu yang diperangi dan jaringan pembunuhnya mencoba memperluas kekuasaan dengan membantai orang-orang karena mereka gagal mengalahkan perlawanan Palestina,” imbuh Erdogan.
“Netanyahu tidak akan bisa menyelamatkan dirinya dari keluh kesah seperti (mantan orang kuat Yugoslavia Slobodan) Milosevic, (napi genosida politisi Serbia Bosnia Radovan) Karadzic, dan (mendiang diktator Jerman Adolf) Hitler, yang ia tiru,” ucap Presiden Turki itu.
Erdogan juga menekankan bahwa Turki akan melakukan “segala daya untuk memastikan orang-orang barbar (Israel) diadili atas kejahatan yang mereka lakukan.”
Setidaknya 35 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika Israel menargetkan sebuah kamp pengungsi di Rafah pada hari Minggu.
Serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, kata Kantor Media Gaza.
Pesawat Israel menargetkan beberapa tenda di daerah tersebut, kata kantor media, seraya menambahkan bahwa rudal dan bom seberat 2.000 pon digunakan.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan daerah yang ditargetkan itu menampung sedikitnya 100.000 pengungsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News