Para pengunjuk rasa berkumpul di dekat pangkalan yang menampung tentara Prancis menyusul seruan beberapa organisasi sipil yang menentang kehadiran militer Prancis di negara Afrika Barat tersebut.
"Kami di sini untuk menyatakan tekad kami, komitmen kami dan pengabdian kami, untuk mengeluarkan kekuatan militer Prancis dan semua pangkalan militer di wilayah nasional kami," seru pengunjuk rasa bernama Amidou Gourou.
Mengutip dari laman Africanews, Minggu, 3 September 2023, rezim militer Niger telah melancarkan serangan verbal terbaru ke Prancis pada Jumat lalu, yang menuduh Paris telah melakukan "campur tangan secara terang-terangan" dengan mendukung presiden yang terguling, Mohamed Bazoum.
Awal Agustus lalu, junta Niger mengumumkan pembatalan perjanjian militer dengan Prancis, yang memiliki sekitar 1.500 tentara yang ditempatkan di negara tersebut untuk membantu memerangi ekstremisme di kawasan.
Paris mengabaikan langkah pembatalan tersebut atas dasar legitimasi.
Penguasa militer Niger juga mengumumkan "pengusiran" segera duta besar Prancis Sylvain Itte, dan mengumumkan penarikan kekebalan diplomatiknya, dengan menyatakan kehadirannya merupakan ancaman terhadap ketertiban umum.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin lalu memuji pekerjaan Itte di Niger, dan mengatakan bahwa sang dubes akan tetap berada di negara itu, meski diberi tenggat waktu 48 jam untuk meninggalkan Niger sepekan lalu.
Baca juga: Usir Dubes Prancis, Junta Niger Putus Air dan Listrik ke Gedung Kedutaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
