Tamim Daoud meninggal akibat serangan membabi buta Israel ke Gaza. Foto: Middle East Eye
Tamim Daoud meninggal akibat serangan membabi buta Israel ke Gaza. Foto: Middle East Eye

Kematian Tragis Bocah Palestina Akibat Serangan Udara Israel ke Gaza

Fajar Nugraha • 12 Mei 2023 06:07
Gaza: Bocah Palestina meninggal setelah menderita serangan panik akibat pengeboman Israel.
Tamim Daoud, berusia empat tahun, meninggal dalam serangan terakhir Israel di Gaza.
 
“Hati putra kecil saya tidak tahan,” kata ayahnya kepada Middle East Eye
 
Pada Senin malam, Tamim Daoud, seorang bocah lelaki Palestina berusia empat tahun, pergi tidur di rumah di al-Remal, sebuah lingkungan di tengah Jalur Gaza.

Daoud, yang dengan penuh semangat menunggu ulang tahunnya yang kelima bulan depan, terbangun bersama keluarganya pada pukul 2.00 dini hari oleh suara bom Israel.
 
Baca: Tiga Hari Serangan Israel ke Gaza, 25 Warga Palestina Tewas.

 
“Putra saya Tamim sedang tidur ketika serangan udara Israel menargetkan sebuah bangunan perumahan di dekat rumah kami,” kata Mohammed, ayah bocah itu, kepada Middle East Eye.
 
"Dia bangun dengan ketakutan,” imbuhnya.
 
Suara pengeboman memekakkan telinga, dan bahkan setelah serangan udara selesai, gedung keluarga Daoud masih bergema. Jendela telah hancur. Lingkungan itu hancur berkeping-keping.
 
Tamim menangis tersedu-sedu. Dia mengalami serangan panik. Ibunya, Lina, 29, yang sedang hamil delapan bulan, berusaha menenangkannya untuk kembali tidur, tetapi bocah itu terus menangis. Dia menjadi sesak napas, terengah-engah untuk menghirup udara.
 
Akhirnya Tamim kembali tidur. Tapi sekitar lima jam kemudian, dia mulai berjuang lagi. Dia mengalami serangan panik lagi.
 
"Aku membawanya ke rumah sakit. Tapi jantungnya berhenti berfungsi dalam perjalanan ke sana,” ujar ayahnya.
 
Di rumah sakit, Tamim mendapat perawatan medis, namun detak jantungnya sangat lemah. “Putra saya dirawat di unit perawatan intensif. Para dokter memberi tahu saya bahwa dia meninggal saat Subuh,” kata Mohammed kepada MEE.
 
Sang ayah berhenti. “Hati putra kecil saya tidak tahan dengan kengerian pengeboman itu.”

Hidup diserang

Hingga Kamis pagi, 26 warga Palestina dan empat komandan Jihad Islam (IJ) telah tewas, dan 76 orang terluka dalam putaran terakhir serangan Israel di Gaza, menurut kementerian kesehatan Palestina dan militer Israel.
 
Setidaknya lima anak termasuk di antara yang tewas.
 
Sedangkan 25 warga Israel terluka dalam serangan roket yang diluncurkan oleh IJ Palestina sebagai tanggapan atas serangan udara.
 
Kematian Tragis Bocah Palestina Akibat Serangan Udara Israel ke Gaza
Paman Tamim Daoud melihat foto dari keponakannya. Foto: MEE
 

Lahir di “penjara terbuka terbesar di dunia”, kehidupan singkat Tamim ditandai dengan kekerasan sejak awal.
 
Ketika dia baru berusia enam bulan, dia menjalani operasi jantung terbuka di Tepi Barat yang diduduki.
 
Untuk menjaga kesehatan jantungnya yang rapuh, ia mengonsumsi obat-obatan termasuk furosemide dan captopril.
 
Tahun lalu, pada 17 Desember, anak berusia empat tahun itu melakukan perjalanan ke Israel untuk mengevaluasi kondisi kesehatannya. Untuk melakukan perjalanan masuk dan keluar dari Gaza, penduduk harus mengajukan izin keluar untuk meninggalkan kantong pantai yang terkepung.
 
“Karena nenek Tamim adalah satu-satunya orang yang telah diberikan izin keluar dari otoritas Israel untuk menemaninya, dia bepergian dengan putra saya,” kata Mohammed.
 
Penilaian medis menyeluruh dilakukan dan Tamim ditemukan telah membuat perkembanan yang signifikan.
 
Para dokter memutuskan untuk menghentikan pengobatan sebelumnya. Namun, setelah perawatan dihentikan, kesehatan Tamim memburuk, dan segera menjadi jelas bahwa perubahan rencana adalah sebuah kesalahan.
 
“Kami melanjutkan perawatan dan alhamdulillah kesehatannya menunjukkan peningkatan yang signifikan sekali lagi, tetapi Israel malah memutuskan untuk membunuh putra saya dengan darah dingin,” kata ayah Tamim kepada MEE.
 
Judy yang berusia delapan tahun adalah satu-satunya saudara perempuan Tamim dan kematian saudara laki-lakinya membuatnya merasa hampa dan sendirian.
 
“Saya khawatir tentang hari-hari mendatang dan tentang bagaimana Judy akan mengatasi ketidakhadiran saudara laki-laki dan teman dekatnya,” kata Mohammed.
 
“Terlepas dari kesedihannya, Judy adalah sumber kekuatan bagi ibunya dan saya,” tuturnya.
 
"Dia mendukung kami, karena dia juga takut kehilangan kami dan dia menjadi cemas ketika ibunya menangis," kata ayah dari anak-anak tersebut.
 
Lina, ibu dari anak-anak tersebut, tidak percaya ketika mendengar anaknya meninggal. Dia terus bersikeras bahwa dia masih hidup dan akan kembali ke keluarganya. Pastinya, pikir Lina yang sedang hamil besar, Tamim akan segera menemui adik barunya.
 
“Saya mengumpulkan kerabat kami untuk mendukungnya sebelum memberi tahu dia berita kematian Tamim,” kata Mohammed.
 
"Kami tidak percaya bahwa dia tidak akan bertemu dengan saudara laki-lakinya yang diharapkan,” pungkasnya.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan