Pejabat senior WHO, Dr. Maria Van Kerkhove. Foto: AFP
Pejabat senior WHO, Dr. Maria Van Kerkhove. Foto: AFP

WHO Sebut Tak Ada Perbedaan Tingkat Keparahan Omicron BA.1 dan BA.2

Medcom • 24 Februari 2022 10:32
Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa, 22 Februari 2022 menyatakan bahwa subvarian Omicron, BA.2, tidak lebih parah dari varian aslinya.
 
“Kami tidak melihat adanya perbedaan tingkat keparahan dari BA.1 dibandingkan dengan BA.2,” ujar pejabat senior WHO, Dr. Maria Van Kerkhove dalam sesi tanya jawab virtual, sebagaimana dilansir dari The Straits Times, Kamis, 24 Februari 2022.
 
Kerkhove, yang memimpin tim teknis tanggapan covid-19, melaporkan hasil penelitian WHO dengan sampel orang dari berbagai negara.

"Jadi, ditemukan tingkat keparahan yang sama terkait risiko rawat inap. Ini sangat penting, karena di banyak negara terdapat penyebaran besar-besaran, baik BA.1 maupun BA.2," imbuh Kerkhove.
 
Sebelumnya, WHO mengeluarkan pernyataan data awal menunjukkan subvarian baru BA.2 terlihat lebih mudah menular dibandingkan BA.1. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk mengetahui alasan di baliknya.
 
“Penyebaran semua varian menurun secara global,” kata WHO dalam pernyataannya.
 
Pernyataan itu menjadi kabar baik, terutama bagi negara yang mengalami penyebaran luas BA.2, seperti Denmark.
 
Sebuah penelitian Denmark menunjukkan adanya beberapa kasus langka di mana orang terinfeksi varian itu dua kali.
 
Institut penyakit menular Denmark mengemukakan hasil penelitian terhadap sampel 1,8 juta tes positif menunjukkan bahwa 47 orang terjangkit BA.1, juga subvarian BA.2 dari Omicron dengan jarak 20 hingga 60 hari.
 
Sebagian besar warga yang pernah terpapar kedua subvarian itu berasal dari kaum muda dan tidak divaksinasi. Mereka mengalami gejala ringan.
 
Sebanyak 20 orang lainnya telah dua kali terpapar subvarian Omicron yang sama.
 
Denmark, negara dengan 5,8 juta penduduk, telah melaporkan lebih dari 2,6 juta kasus covid-19. Kasus meningkat ketika subvarian BA.2 mulai muncul di awal tahun.
 
Pada 1 Februari 2022, negara tersebut mencabut seluruh pembatasan covid-19 dan mengumumkan bahwa penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu tidak lagi merupakan ancaman bagi masyarakat.
 
Di seluruh dunia, virus corona telah menyebabkan lebih dari 5,8 juta orang meninggal dunia.
 
Apabila turut menghitung “kelebihan kematian” terkait covid-19, WHO memperkirakan jumlah kematian sebenarnya bisa dua hingga tiga kali lebih tinggi. (Kaylina Ivani)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan